Dewasa ini sering kita jumpai fenomena dimana anak tidak mengetahui bakat dan minat mereka sendiri. Bahkan ketika ditanyakan, apa hobimu? Atau apa hal yang kamu sukai? Pasti mereka menjawab dengan jawaban yang terdengar sangat klise, "TIDAK TAHU".
Miris bukan?
Bagi sebagian besar orang tentu tidaklah menjadi masalah, karena tidak mengetahui hal tersebut bukanlah hal yang harus diperdebatkan. Namun bagi seorang pendidik, hal itu menjadi salah satu problematika yang harus diselesaikan. Perlu digali lebih dalam lagi terkait apa penyebab munculnya sikap acuh tak acuh kepada hal-hal tersebut yang menimpa pada generasi sekarang ini.
Masa depan itu tergantung bagaimana kehidupan kita sekarang. Jika tentang bakat, minat, maupun hobi saja kita tidak tahu, lantas bagaimana kita mengendarai kapal yang tengah melintasi samudera diantara besarnya ombak yang mendera jika kita tidak tahu ilmu seorang nahkoda?
Ya benar, kuncinya hanya satu, kemampuan.
Allah SWT. menciptakan manusia dalam keadaan fitrah (suci) dan tidak mengetahui apa-apa. Namun, Allah membekali kita indra penglihatan, pendengaran, dan juga akal agar manusia dapat berpikir. Dimana hal tersebut harus digunakan dengan sebaik-baiknya sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah dan juga diharapkan manusia dapat berpikir untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.
Dalam QS. Al-A'raf :72 Allah berfirman sebagai berikut :
فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَمَا كَانُوْا مُؤْمِنِيْنَ ࣖ
Artinya :
"Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman."
Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat tersebut berpendapat bahwa, persaksian ini tidak terjadi di alam dzar atau pun ruh, melainkan dengan potensi yang dianugerahkan Allah kepada mereka berupa akal pikiran, penciptaan langit dan bumi, dan pengutusan para rasul dengan mukjizat. Potensi itu juga dimaksudkan sebagai firah ketuhanan yang dimiliki oleh setiap manusia, sehingga ketika manusia lahir, sudah membawa modal hidup di dunia sebagai khalifah fil ardh. Fitrah itu yang kemudian akan diteruskan didunia sampai manusia meninggal dunia. Dan pada saatnya nanti manusia akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Tuhan.