Peran Guru dengan Kompetensi Inklusif: Apakah Kita Siap Hadapi Tantangan Digital?
Oleh: Syifa Nurul Maola (2304992)
Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang bertujuan untuk memastikan setiap siswa, termasuk siswa berkebutuhan khusus, mendapatkan akses pendidikan yang setara dan berkualitas. Dalam hal ini, guru memiliki peran penting dalam menciptakan pembelajaran yang inklusif. Teknologi di era digital tentu memberikan peluang yang cukup besar bagi guru untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran (Husna, et al., 2023). Teknologi memungkinkan terciptanya berbagai metode pengajaran yang lebih fleksibel, adaptif, dan sesuai dengan kebutuhan individu siswa. Guru dapat menggunakan alat-alat digital, platform pembelajaran online, aplikasi pendidikan, dan sumber daya digital lainnya untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang inklusif, menarik, interaktif, dan relevan bagi siswa (Nurdyansyah, 2017). Namun, potensi besar ini tidak dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa kehadiran guru yang memiliki kompetensi inklusif. Sehingga guru harus memiliki kemampuan untuk mengenali, memahami, dan memenuhi kebutuhan beragam siswa dengan menggunakan pendekatan yang kreatif dan efektif.
Sayangnya, banyak guru di Indonesia yang belum memiliki kompetensi inklusif yang memadai. Banyak guru yang tidak dapat mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran. Selain itu, masih banyak guru yang tidak memanfaatkan teknologi dengan optimal untuk mendukung pendidikan inklusif. Banyak guru yang merasa tidak mampu karena tidak memiliki keterampilan untuk mengajar siswa dengan berbagai kebutuhan khusus (Pendidikan, 2015). Hal ini diperparah dengan keterbatasan infrastruktur teknologi di beberapa daerah, yang menyebabkan adanya kesenjangan dalam implementasi pendidikan inklusif. Padahal ketidakmampuan guru untuk beradaptasi dengan teknologi dan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan inklusif itu sendiri.Â
Pada era digital, kemajuan teknologi membawa transformasi yang signifikan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Pembelajaran tentu harus disesuaikan dengan saat ini dan selaras dengan arus digitalisasi (Paramansyah & Parojai, 2024). Dalam konteks pendidikan inklusif, teknologi memainkan peran penting dalam membantu dan mendukung pembelajaran siswa berkebutuhan khusus. Misalnya, teknologi dapat membantu untuk mengurangi hambatan aksesibilitas, meningkatkan interaksi, dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih adaptif.Â
Salah satu implementasi pembelajaran yang inklusif dengan memanfaatkan teknologi adalah penggunaan perangkat lunak dan aplikasi berbasis teknologi. Contohnya, media digital berbasis Android yang sudah banyak digunakan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan pada anak-anak berkebutuhan khusus (Arifah, et al., 2022). Dalam praktiknya, media digital yang diterapkan di sekolah inklusi tersebut dirancang untuk mengoptimalkan dan merangsang keterampilan mendengarkan pada anak-anak dengan gangguan pendengaran. Selain itu, penggunaan teknologi digital melalui pemanfaatan etno web yang inovatif, dapat mendukung peningkatan kemampuan literasi dan numerasi di sekolah inklusif (Zayyadi, et al., 2023). Pendekatan ini secara signifikan membantu siswa berkebutuhan khusus dalam meningkatkan pencapaian akademik mereka di sekolah.
Perlu kita ketahui, manfaat teknologi tidak hanya terbatas pada siswa. Guru juga dapat menggunakan alat digital untuk mengembangkan materi pembelajaran yang lebih inklusif, seperti video interaktif, infografis, atau simulasi virtual. Guru memiliki peran utama dalam mendorong partisipasi semua siswa dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, kurangnya dukungan dan kerja sama di lingkungan sekolah dapat menjadi hambatan besar bagi keberhasilan penerapan praktik pendidikan inklusif. Untuk mencapai implementasi yang optimal, diperlukan upaya bersama dari semua pihak yang terlibat (Rusmono, 2020). Guru memegang peranan krusial, terutama karena anak-anak berkebutuhan khusus sering menghadapi tantangan dalam mengingat urutan visual. Oleh karena itu, dalam penerapan teknologi digital pada pendidikan inklusif, guru perlu mempertimbangkan kebutuhan individu siswa, termasuk menentukan pendekatan pendidikan khusus yang sesuai untuk mereka (Love & Ewoldt, 2021).
Meskipun demikian, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan inklusi belum optimal. Tidak semua guru memiliki pengetahuan atau keterampilan yang cukup untuk menggunakan teknologi secara efektif dalam mendukung siswa berkebutuhan khusus. Hal ini, menyebabkan guru sering menghadapi berbagai tantangan yang menghambat implementasi yang efektif. Tantangan ini meliputi faktor kompetensi, keterbatasan akses, serta dukungan dari lingkungan pendidikan itu sendiri. Tantangan tersebut yaitu pertama, kurangnya pelatihan teknologi untuk pendidikan inklusi (Juntak, et al., 2023). Banyak guru belum mendapatkan pelatihan yang memadai untuk menggunakan teknologi sebagai alat bantu dalam mengajar siswa berkebutuhan khusus. Padahal, aplikasi pembelajaran berbasis Augmented Reality (AR) atau software aksesibilitas memerlukan pemahaman teknis yang baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Kurangnya pengetahuan ini membuat sebagian guru merasa kesulitan untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran inklusif. Pelatihan bagi guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar di sekolah inklusi sangat penting, terutama bagi guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan khusus untuk siswa difabel (Damayanti et al., 2017). Kedua, minimnya pemahaman guru terhadap kebutuhan siswa (Gusti, 2021). Contohnya, siswa dengan gangguan spektrum autisme memerlukan pendekatan berbeda dibanding siswa dengan disabilitas fisik. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang karakteristik dan kebutuhan setiap siswa, guru mungkin kesulitan memanfaatkan teknologi yang sesuai untuk mendukung pembelajaran.Â
Dalam mendukung penerapan teknologi pendidikan inklusi, guru harus mengembangkan berbagai kompetensi yang diperlukan untuk mengelola dan menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan siswa yang beragam. Guru perlu memiliki beberapa kompetensi yang perlu dikuasai, yaitu pertama menguasai teknologi pendidikan inklusif. Kompetensi dalam penguasaan teknologi merujuk pada kemampuan guru untuk mengembangkan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial (Zafira & Gunansyah, 2015). Jika guru dapat memanfaatkan TIK dengan efektif, hal ini akan mempermudah mereka dalam menyiapkan dan menyampaikan materi ajar, sehingga keterampilan guru juga dapat berkembang dengan baik.
Kedua, Guru juga harus memiliki empati dan keterampilan sosial yang baik untuk memahami tantangan yang dihadapi siswa berkebutuhan khusus (Zafira & Gunansyah, 2015).. Komunikasi, yang berfungsi sebagai sarana bahasa dalam kehidupan, memiliki peran penting dalam interaksi antara guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar (KBM). Rasa empati terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) membantu menciptakan komunikasi yang baik antara mereka. Kemampuan untuk menciptakan lingkungan kelas yang aman, inklusif, dan mendukung akan sangat membantu siswa merasa diterima dan termotivasi dalam belajar.
Untuk memastikan guru dapat mengembangkan kompetensi yang diperlukan dalam pendidikan inklusi, penting ada dukungan yang memadai baik dari lembaga pendidikan maupun pemangku kepentingan lainnya. Dengan adanya dukungan yang memadai, guru akan lebih siap untuk mengatasi tantangan dalam mengimplementasikan pendidikan inklusi dan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif dan bermakna bagi semua siswa, terlepas dari kebutuhan khusus mereka. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi guru dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran adalah kunci untuk keberhasilan pendidikan inklusi di era digital.Â