Dieng adalah merupakan kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.090 s/d 2.150 m ( dpl) di atas permukaan laut. Suhu berkisar 12---20C di siang hari dan 6-10C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0C di pagi hari dan memunculkan embun beku ( Frozz) yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman. Nama "Dieng" berasal dari turunan kata bahasa Proto-Melayu-Polinesia: di yang berarti "tempat" dan hyang yang bermakna "leluhur". Dengan demikian, "dihyang" berarti pegunungan tempat para leluhur atau persemayaman para dewa.
   Pada dasarnya dataran tinggi Dieng adalah kaldera yang dikelilingi oleh gunung-gunung di sekitarnya, antara lain Gunung Prahu (2.565 m) di sebelah timur laut kaldera, Bukit Sikunir (2.363 m), Gunung Pakuwaja (2.585 m), Gunung Bismo (2.365 m) di sebelah selatan kaldera, serta kompleks Gunung Butak-Dringo-Petarangan (di sebelah barat laut). Di bawah permukaan kaldera terdapat aktivitas vulkanik, seperti halnya Yellowstone ataupun dataran tinggi Tengger. Di sini terdapat banyak kawah (crater) dan rekahan (vent) yang mengeluarkan hasil aktivitas geologi dalam berbagai wujud: fumarola, solfatara,sumber gas (CO2 maupun CO), dan mata air (panas maupun dingin), serta danau vulkanik. Beberapa kawah masih sangat aktif, seperti Sileri, Candradimuka, dan Sikidang, dijadikan objek wisata alam.
    Beberapa peninggalan budaya dan gejala alam telah dijadikan sebagai objek wisata dan dikelola bersama oleh dua kabupaten, yaitu Banjarnegara dan Wonosobo, serta Perhutani. Berikut beberapa objek wisata di Dieng.
  Candi Arjuna: Candi Hinndu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang terdiri dari lima candi yang berjajar lurus. Di sini juga diadakan ritual cukuran rambut gimbal setiap tahun. Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua, candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan.
  Telaga Warna: Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Telaga yang memiliki perpaduan warna merah, biru, hijau, dan kuning. Warna-warna tersebut berasal dari kandungan sulfur dan ekosistem alami di sekitarnya. Sebagian ada yang mengatakan bahwa perubahan warna yang terjadi di Telaga Warna disebabkan oleh adanya pepohonan atau tumbuhan yang ada disekitar.
  Batu Pandang Ratapan Angin: Batu ratapan angin merupakan dua buah batu besar yang berdampingan dan terletak diatas bukit sekitar Dieng Plateau Theatre lokasi ini menjadi lokasi strategis untuk menikmati keindahan telaga warna pengilon dengan background hamparan lukisan alam yang sempurna.
  Kawah Sikidang: Salah satu lokasi populer di Dieng. Kawah Sikidang merupakan kawah aktif terbesar yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Kawah ini memiliki satu telaga air panas kecil dengan air yang selalu mendidih dan lapangan celah gas dengan titik-titik yang selalu berpindah-pindah di dalam suatu lapangan seluas lebih kurang 4 hektare.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H