Mohon tunggu...
Syifa Ghina Dzakiyyah
Syifa Ghina Dzakiyyah Mohon Tunggu... Psikolog - Universitas Budi Luhur

Saya rasa membaca itu adalah salah satu hobi yang bisa membantu survive seorang psikolog.Dari tiap membaca saya memcoba menganalisis sisi psikologis di dalamnya. Hobi saya yang lain juga mendengarkan, mendengarkan bukan hanya melatih active listening, tapi juga mengasah empati.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Ibu Muda dalam Mencegah Tragedi Bunuh Diri

22 Februari 2024   14:18 Diperbarui: 22 Februari 2024   14:23 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pengalaman menjadi seorang ibu merupakan tersendiri bagi setiap wanita, namun kebahagiaan akan lenyap ketika kelahiran bayi menyebabkan kesedihan yang panjang. Wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran baru sebagai Ibu pada minggu atau bulan pertama setelah melahirkan, baik segi fisik maupun psikologis. Beberapa wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis seperti stress, depresi, kecemasan dan gangguan panik. Namun gejala yang nampak berada pada kategori yang berbeda-beda, ada yang mengalami gejala ringan, sedang hingga berat Ibu yang baru melahirkan dengan usia yang masih muda dalam kategori remaja akan sangat rentan mengalami berbagai gangguan emosi yang mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan mental.

Sebagai seorang ibu yang baru saja melahirkan, perjalanan menuju kehidupan baru yang penuh kebahagiaan seharusnya menjadi momen yang istimewa. Namun, pada beberapa kasus, media sosial dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental seorang ibu. Tekanan yang ditimbulkan oleh media sosial, seperti perbandingan dengan ibu lain, komentar negatif, dan ekspektasi yang tidak realistis, dapat menyebabkan stres berlebihan dan bahkan berpotensi menyebabkan pikiran bunuh diri.

Beragam judul berita ditampilkan pada media-media mainstream untuk menggambarkan kasus-kasus filicide yang dilakukan seorang ibu. Pilihan-pilihan kata yang digunakan seperti "biadap", "sadis", "tega" dimunculkan dalam judul pemberitaan. Pemberitaan yang di luar konteks dan menjurus pada ranah privasi menjadi konsumsi publik seperti ketaatan agama si ibu, tentang pekerjaan dan pendapatan seorang ibu, foto-foto ibu dalam berbagai pose bertebaran di media cetak dan online. Hal ini memengaruhi penerimaan sosok ibu di masyarakat, sehingga stigma yang terus berkembang "ibu yang kurang akidah" atau "lemah iman". Selama ini media mengonstruksikan seorang "ibu ideal" yang mengacu pada ibu yang selalu hadir, digambarkan sempurna, ibu yang selalu melayani anak-anak dan suaminya, ibu memilih untuk berkorban waktu, tenaga, identitas dan karier demi membesarkan anak. Tuntutan kesempurnaan dan kurangnya waktu luang ibu untuk dirinya mengakibatkan munculnya gejala kesehatan mental pada sosok ibu. Akan tetapi, permasalahan kesehatan perempuan terutama pada kesehatan mental ini sering diabaikan.

Selama ini, gangguan kesehatan mental masih memiliki stigma di masyarakat. Kebijakan yang kurang memadai, lambannya mencari bantuan, kepatuhan terhadap pengobatan, dan perawatan yang dianggap remeh sebagian besar diakibatkan stigma yang berkembang di ranah publik. Stigma memengaruhi harga diri dan efikasi diri, pengungkapan yang mengecilkan hati, dan kepercayaan diri dalam keterlibatan dalam wacana kesehatan mental. Masyarakat yang cenderung menstigmatisasi penderita gangguan mental akan membuat individu enggan untuk meminta pertolongan karena takut akan penolakan dari Masyarakat.

Dalam penerapannya, kasus yang melibatkan kejiwaan atau kesehatan mental dianggap bukan sebuah tindakan kriminal. Proses hukum/sanksi kriminal dianggap serius jika telah melibatkan unsur penyiksaan tubuh dalam atau penyiksaan secara fisik, sehingga kejahatan verbal yang mengakibatkan gangguan mental seseorang tidak dapat dianggap sebuah kejahatan dan berujung pada pengabaian terhadap orang-orang yang merasakannya.

Beberapa upaya dalam mengatasi kasus-kasus di atas adalah dengan bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Diantaranya sangat dibutuhkan peran suami, peran keluarga besar, peran masyarakat, dan ketersediaan informasi bagi ibu muda tentang kesehatan mental, cara mencegah dan mengatasi (mengobati) gejala gangguan kesehatan mental. Menyadari akan pentingnya bantuan masyarakat terhadap pencegahan dan penanganan masalah gangguan kesehatan mental, maka upaya Pemerintah dalam hal ini tertuang pada Peraturan Pemerintah (PP) No 61 tahun 2014 mengenai kesehatan masa sesudah melahirkan meliputi pelayanan nifas. Pelayanan nifas yang dimaksud pada ayat (1) diberikan berupa promosi kesehatan, deteksi dini, gangguan kesehatan fisik dan mental serta pencegahan dan penanganan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan pemberian pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga.

Di sinilah seharusnya media berperan sebagai fungsi transmisi budaya untuk menyalurkan pesan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan baru termasuk informasi mengenai Kesehatan mental. Media menyalurkan berbagai macam informasi dan dianggap sebagai sarana pemenuhan kebutuhan informasi. Media mengatur apa yang harus dilihat atau didukung oleh publik. Ideologi yang dipilih oleh suatu media memengaruhi penempatan gender tertentu dalam posisi subjek atau objek itu sendiri.

Dalam kesimpulannya, kesehatan mental seorang ibu baru melahirkan sangat rentan terhadap dampak negatif media sosial. Tekanan yang ditimbulkan oleh perbandingan, komentar negatif, ekspektasi yang tidak realistis, perasaan kesepian, perubahan tubuh, penyebaran informasi yang tidak akurat, semuanya dapat menyebabkan stres berlebihan dan bahkan berpotensi menyebabkan pikiran bunuh diri. Oleh karena itu, penting bagi ibu baru untuk menyadari dampak media sosial dan mencari dukungan dari komunitas online yang positif dan memahami. Dengan kesadaran dan dukungan yang tepat, ibu baru dapat menjaga kesehatan mental mereka dan menikmati perjalanan keibuan dengan lebih baik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun