Pak agus sangat menjaga anaknya sepenuh hati selama 13 tahun lamanya, jaris mulai berkembang dan bermain dengan riang bersama ayahnya, keaktifanya dalam bermain sangat besar bahkan terkadang membuat orang heran dengan tenaga jaris yang tidak ada habis habisnya
Namun dengan segala kasih sayang dan perjuangan yang sudah diberikan pak agus dan istrinya tidak bisa menghalangi sang pencipta untuk mengambil umat yang dia sayang untuk kembali kesisinya. Â
Beberapa hari setelah anak pak agus jaris berulang tahun ke 14, Jaris menderita demam tinggi hal ini membuat pak agus dan istri khawatir dan menjaga 2 hari penuh karena demam yang tidak berhenti.
Di pagi hari anak pak agus ternyata telah menghebuskan nafas terakhirnya. Kesedihan yang amat mendalam menimpa pak agus dan istri, pemikiran bahwa anak semata wayang mereka masih hidup menghantam pak agus panggilan yang terus diucapkan pak agus untuk menunggu respon sekecil apapun dari anaknya tersebut nihil adanya.
Selama pemakaman berlangsung ucapan belasungkawa dikirimkan kepada keluarga pak agus, hingga saat ibu dari pak agus datang kerumah duka pak agus pun menghampiri dan bersujud, air mata tidak bisa terbendung lagi saat dihadapan orang tuanya pak agus pun mengungkapkan beberapa kata yang sangat menyedihkan untuk didengar " mak... jaris sudah tidak ada mak.. jaris sudah pergi"Â
Sebagai nenek dari cucuknya yang sudah pergi hanya bisa menghibur anaknya agar sabar dan ikhlas, bahwasanya anak tersebut telah pergi ketempat yang paling sempurna semoga dengan kepergianya dapat membawa orang tuanya kesisi yang sempurna di akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H