Sunda Wiwitan, Â aliran kepercayaan sekalangan masyarakat di Cigugur Kuningan Jawa Barat. Memeluk suatu kepercayaan adalah hak masing-masing pribadi, sama halnya dengan masyarakat di Indonesia. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan ciri khasnya masing-masing sehingga terbentuklah Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan inilah melahirkan masyarakat majemuk yang bermacam-macam perbedaan seperti agama, etnis, suku, bangsa, budaya dan lain sebagainya.
Perbedaan-perbedaan inilah terdapat beberapa aliran yang membuat berbagai macam masyarakat memeluk kepercayaannya masing-masing. Indonesia dikenal sebagai negara yang mayoritas muslim namun tidak luput dari berbagai macam agama lainnya hadir di Indonesia, salah satunya seperti agama Sunda Wiwitan yang ada di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Kuningan Jawa Barat tepatnya di desa Cigugur. Dan Kabupaten Kuningan Jawa Barat mayoritas muslim yang tentunya bersuku Sunda, namun tetap ada agama lain selain Islam.
Agama lokal Suku Sunda yang masih dianut sampai saat ini oleh beberapa kelompok di masyarakat Indonesia salah satunya adalah ajaran Sunda Wiwitan aliran Madrais di Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Minoritas di Indonesia sangat terasa, begitupun dengan penghayat dari agama Sunda Wiwitan yang hidup di tengah mayoritas kaum muslim. Tepatnya di Cigugur Kunigan Jawa Barat, terdapat aliran Sunda Wiwitan yang masih erat adat-istiadatnya dan tetap bertahan di lingkungan yang mayoritas muslim di Kuningan Jawa Barat.
Dari berbagai sumber yang saya simak, awalnya ajaran ini masih dalam tradisi Islam pada tahun 1921 namun Madrais mencetuskan ajaran baru dengan mengajarkan paham Islam menggunakan kepercayaan lama atau pra-Islam di masyarakat Sunda yang agraris sehingga dia menyebutnya sebagai ajaran Djawa Sunda atau dikenal dengan sebutan Madraisme. (Irfan Teguh, 2017) Penghayatan atau pemeluk Sunda Wiwitan Cigugur adalah kepercayaan yang ajarannya masih mengikuti nilai-nilai tradisi leluhur atau nenek moyang.
Jejak sejarah Sunda Wiwitan Madrais hingga saat ini dapat diakses melalui Situs Cagar Budaya Pasaben Tri Panca Tunggal yang sudah ada sejak tahun 1840 hingga saat ini dan masih digunakan untuk kegiatan masyarakat adat. Namun dari pandangan masyarakat awam, Sunda Wiwitan diasosiasikan sebagai masyarakat yang sederhana tinggal di pegunungan eksklusif menjaga hutan dan terbelakang.
Ajaran Madrais mengajarkan tentang hakikat hidup manusia sesuai kefitrahan selayaknya manusia yang bersandar pada ajaran asli Sunda bahwasanya para nenek moyang kita merupakan manusia yang luhur yang sudah memiliki sistem nilai religi yang dianutnya. Konsep ajaran Sunda Wiwitan Madrais ini menganut paham animism dan konsep monotheisme, namun sudah memiliki ajaran yang lengkap yang tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, tetapi juga mencakup hubungan manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. (Ahmad Muttaqien, 2013)
Selain itu, pengahayat Sunda Wiwitan Madrais  memiliki jadwal sembahyang tersendiri yang dilakukan dalam dua kali sehari, yaitu menjelang matahari terbit dan terbenam pada pukul 05:00 WIB dan pukul 18:00 WIB, bisa dilakukan secara berjamaah di salah satu aula atau dilakukan sendiri di rumah masing-masing. Adapun acara Seren Taun yang biasa mereka lakukan pada setiap malam 1 Sura. Dan mereka seringkali memperingati beberapa kelahiran serta wafatnya tokoh-tokoh terdahulu Sunda Wiwitan Madrais di setiap bulannya. Dan serangkaian acara biasanya dilaksanakan di dalam sebuah balai dan puncak acara dilaksanakan di Cigugur, Kuningan Jawa Barat.
Sunda Wiwitan termasuk keladam suatu aliran atau kepercayaan serta masyarakat adat, namun sampai saat ini masyarakat adat Sunda Wiwitan Madrais Cigugur Kuningan masih memperjuangkan kejelasan status hukum sebagai masyarakat adat sejak tahun 2014 belum bisa terwujud, meski sudah mengajukan permohonan pengajuan masyarakat adat ternyata masih belum memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Permendagri no 52 tahun 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H