7 Agustus 2010 aku daftar account kompasiana, karena memang tujuannya ingin mengasah keterampilan menulis. Baru hari ini aku buka lagi account itu. Email mulai diraba-raba untuk dijadikan username apalagi namanya password, kecil kemungkinan untuk diterka. Akhirnya meminta tolong system untuk menunjukan passwordku. Setelah mendapatkan konfirmasi dari admin (auto reply) didapatkan account tersebut dengan gambar profil jadul 5 tahun yang lalu. Segera aku lihat dasboard, disana masih ada tulisan yang sedang coba-coba belajar menulis. Kenapa tulisan jadulku masih ada? Padahal account saja aku lupakan. Admin kompasiana berarti sudah mengetahui bagaimana pentingnya data daripada infrastruktur. Prinsip itu pastinya sudah dijalani oleh pelaku dunia internet seperti google, facebook dll.
Dasboard yang telah terbuka muncul summary dan judulnya sebanyak 5 tulisan. Sedih sekali melihatnya padahal dari pertama kali daftar sudah berteman dengan om jay dan para pendahulu yang menginspirasi para netizen di kompasiana. Terlihat satu tulisan yang mengingatkanku pada masa lalu asal mula kenapa ingin menulis. Namun sudah aku hapus tulisan itu, karena jika dibiarkan terus akan tidak baik pada kesehatan,hehe.
Merinding rasanya jika mengingat 5 tahun yang lalu, secara kebetulan sama dengan lamanya aku tidak pernah buka account kompasiana. Dunia yang banyak apology antara hati nurani dan keinginan yang semu. Tidak ada karya yang bermakna. Ilmu pengetahuan yang serba pas-pasan, disebabkan waktu untuk itu tidak ada yang disempatkan. Pendalaman tersadar ilmu telah tergerus oleh berjalannya waktu. Kesia-siaan dalam mencari dan menjalani keadaan yang tidak pasti. Suatu yang telah ditetapkan sebelum dunia ini tercipta aku abaikan, yaitu takdir. Seprtinya aku telah lancang membuat takdirku sendiri. Sesuatu yang dikira telah menjadi ketetapan, ternyata selama itulah aku salah menerka. Itulah gambaran selama 5 tahun ini. Dunia bukan tempat menerka nasib, tapi menjalani hari sesuai yang ada pada menit pada saat ini diberikan. Tidak ada penyesalan yang tersimpan terlalu dalam, karena dengan RahmatNya semuanya tergantikan oleh Hikmah besar yang ditampakan.
Jika memutar lagu BIP yang tenar tahun 2002-an dengan judul "Aku Gemuk Lagi" , itulah yang ingin aku sampaikan pada tulisan ini. Gemuk lagi dalam berkarya, kembalikan lagi ide-ide yang sempat terkubur. Putar lagi otak sampai tidak bisa dipakai karena waktu telah udzur. sekiranya ini adalah "revolusi mental" versi sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H