Semua kalangan masyarakat pasti sudah tidak asing lagi dengan social media. Social media sudah menjadi asupan sehari-hari yang di anggap sebagai kebutuhan bagi khalayak masyarakat, terutama bagi kawula muda. Mengikuti perkembangan zaman saat ini, social media yang saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat terdiri dari Instagram dan juga Tiktok. Ditambah lagi saat ini banyak konten creator yang membagikan konten buatannya melalui dua social media tersebut.
Selain mempunyai fungsi hiburan, Tiktok dan Instagram juga mempunyai fungsi edukasi dan informasi. Banyak konten video atau reels yang bisa kita eksplor dan sesuaikan dengan kegemaran kita. Konten yang ada di Tiktok maupun Instagram seringkali menjadi tren terkini dan menjadi perbincangan banyak orang. Baik Tiktok maupun Instagram memiliki fungsi sebagai sarana informasi bagi masyarakat, salah satu informasi hangat yang sedang diminati banyak orang di penghujung tahun di 2024 salah satunya adalah tempat wisata, rasanya banyak masyarakat yang tidak sabar untuk merayakan malam tahun baru nanti. Maka dari itu kita bisa mencari referensi tempat wisata mulai dari cafe, restoran atau beragam tempat wisata lainnya beserta akomodasi yang disarankan seperti hotel melalui informasi yang ada di social media. Banyak sekali tempat wisata yang bisa dijadikan tujuan bagi para wisatawan, namun destinasi favorit yang banyak dikunjungi terdiri dari Jakarta, Bandung, Bali, Yogyakarta, Bogor dan Surabaya.
Dengan adanya platform Tiktok yang menyediakan format video pendek yang menarik, TikTok memberikan berbagai konten kreatif dari para wisatawan, influencer, atau bahkan destinasi wisata itu sendiri. Pengguna dapat menemukan video tentang tempat-tempat wisata yang unik, aktivitas menarik, atau tips perjalanan yang bermanfaat. Banyak pengguna yang membagikan pengalaman mereka dengan cara yang menghibur, yang dapat memotivasi orang untuk mengunjungi destinasi tersebut. Banyak wisatawan membagikan pengalaman mereka secara real-time melalui video. Hal ini memberikan gambaran yang lebih autentik tentang suatu destinasi wisata, hotel, atau tempat makan. Video pendek juga memungkinkan wisatawan lain untuk melihat ulasan atau tips langsung dari orang yang baru saja mengunjungi tempat tersebut. Tiktok juga sudah mempunyai fitur untuk memesan hotel, ketika pengguna mencari hotel yang diinginkan, lalu menautkan lokasi pada video, Tiktok akan berpindah ke laman Agoda kemudian pengguna bisa langsung melakukan booking tempat.
Selain Tiktok, Instagram juga merupakan platform yang visual, dengan foto dan video yang dapat menampilkan keindahan alam, budaya, serta pengalaman unik di destinasi wisata. Hashtag populer memberikan akses mudah bagi wisatawan untuk menemukan tempat-tempat yang sedang tren atau destinasi tersembunyi yang mungkin belum banyak diketahui. Instagram memiliki fitur iklan yang kuat dan terarah, di mana pengiklan dapat menargetkan audiens berdasarkan minat, usia, lokasi, dan perilaku. Banyak akun perjalanan yang mempromosikan paket wisata, diskon, atau penawaran khusus, yang dapat mempermudah wisatawan dalam menemukan promo yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
 Pada zaman dengan kemajuan teknologi ini, kebutuhan wisata dan social media memiliki keterikatan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini memberikan dampak positif bagi pelaku wisata maupun pengelola industri pariwisata. Dari sisi pelaku wisata, mereka dapat menemukan informasi destinasi terkini yang sedang digandrungi (viral). Dari sisi pelaku usaha pariwisata juga mereka dapat melakukan pemasaran dengan lebih efektif dan menjangkau lebih banyak audience. Tapi selain kedua elemen tersebut, ada satu elemen yang tidak kalah penting yaitu influencer/content creator khususnya yg memiki branding traveling yang kuat yang selalu menyuguhkan video rekomendasi pariwisata yang menarik.
Peran Food Blogger juga dapat menarik wisatawan menuju daerah tertentu. Ketika mereka melakukan review baik terhadap satu restoran yang bisa dibilang hidden gem di suatu daerah, dengan kekuatan social media, para audience akan berbondong-bondong melakukan kunjungan ke restoran tersebut dan meningkatkan jumlah kunjungan di daerah tersebut. Karakter audience di Social Media mayoritas memiliki ketakutan akan ketinggalan dalam suatu trend atau dalam bahasa lainnya disebut FOMO (Fear of Missing Out). Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh stakeholder pariwisata untuk mengajak influencer bekerja sama menggerakan campaign pariwisata keberlanjutan di social media. Dengan begitu seluruh audience dapat turut serta melakukan kegiatan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H