Seperti dilaporkan laman Worldometers, real time pukul 22, 2020, 01:12 GMT pada Rabo (22/4/2020) menunjukkan angka kasus di seluruh dunia sebanyak 2,556,515. Dari angka tersebut, sejumlah 690,265  adalah pasien yang telah mengalami kesembuhan, dan pasien meninggal dunia berjumlah  177,608 jiwa.
Selanjutnya, bagaimana semestinya kita berpuasa di tengah penyebaran wabah? Ada beberapa bimbingan  yang bisa kita terapkan saat berpuasa di tengah kepungan wabah Corona.
- Mengikuti petunjuk dokter dan menjaga kesehatan badan
Langkah pertama adalah memperhatikan arahan kesehatan dan menjaga badan. Dalam hal ini kita harus memperhatikan protokol kesehatan dan panduan dokter.Â
Makanan yang sehat untuk memperkuat imunitas tubuh, menggunakan masker saat keluar rumah, menjaga sosial atau fisikal distancing, istirahat yang cukup, olah raga sesuai kemampuan adalah cara-cara yang sering direkomendasikan para ahli kesehatan untuk menghadapi wabah ini.
Taat pada aturan kedokteran tersebut diambil dari dalil dan hukum syar'i yang berdasarkan kaidah "la dharar". Ini termasuk musallamat  fiqh (fikih yang disepakati) dan sesuai kaidah ini, hal-hal yang menyebabkan datangnya bahaya bagi badan/jiwa manusia harus dihindari sebisa mungkin.
Bila memakai air berbahaya bagi kita maka sebagai gantinya kita menggunakan tanah dengan bertayamum. Kalau kita melanggar aturan ini maka ibadah kita bisa tidak sah.
Dalil berikutnya, kedudukan akal dan ilmu dalam Islam. Banyak hadis yang mengemukakan "ilmu al-abdan" di samping "ilmu al-adyan" dan para ahli ilmu abdan, yaitu para dokter adalah tenaga-tenaga ahli yang mesti harus diikuti arahannya.
Jadi, keharusan sosial atau fisikal distancing dan memperhatikan protokoler kesehatan untuk mencegah penyebaran wabah merupakan tindakan rasional yang dibenarkan oleh agama.Â
Secara umum, kita tidak boleh melakukan suatu kegiatan yang secara rasional bisa menyebabkan tertular wabah meskipun kemungkinan kecil. Dan keputusan dokter itu hujah bagi semua dalam kondisi wabah seperti ini.
- Harmoni antara agama dan sains/pengetahuan
Sebagian orang karena tidak memahami Islam dengan baik dan benar, mereka berusaha membenturkan antara agama dan sains/pengetahuan saat datangnya wabah. Sehingga mereka mengganggap Islam sebagai agama yang "ompong" dari dalil/argumentasi dan tidak bertaji saat menghadapi perkembangan zaman dan tehnologi.
Alquran saat menggambarkan masyarakat Jahiliah, ia mengatakan bahwa mereka dalam persoalan pemikiran begitu rapuh (kosong/tak bermakna) "in yattabi'una illa zhan" (mereka hanya mengikuti prasangka) dan dalam hal motivasi dan perbuatan, mereka menuruti "ma tahwal anfus" (apa yang disukai oleh hawa nafsu). Allah berfirman: "Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang diingini oleh keinginannya." (QS, an Najam: 23)