[caption id="attachment_120693" align="aligncenter" width="631" caption="Wudhu memiliki empat tingkatan kualitas. Bagaimanakah kualitas wudhu kita?"][/caption] Dalam tradisi Islam berwudhu merupakan salah inti dari sebuah ajaran islam. Dalam kitab-kitab klasik Islam, berwudhu (taharah) termasuk bab-bab awal yang ditekankan oleh ulama untuk memahaminya secara menyeluruh. Karena berwudhu ini menjadi sangat penting dan bahkan kunci dalam beribadah. Maka tidak sah, ibadah yang kita lakukan tanpa dengan berwudhu (bersuci).
Imam Al Ghozali menjelaskan secara cerdas membahas bab toharoh(bersuci) di Kitab Mursyidul Amin-nya bahwa dalam melaksanakan wudhu adalah kunci ibadah. Artinya, tidak akan sah ibadah tanpa berwudhu. Selain itu Imam Al Ghozali juga membuat tingkatan-tingkatan wudhu yang dilakukan oleh seorang muslim. Tidak bisa seorang muslim mencapai derajat yang tertinggi sebelum melewati derajat yang terendah. Yuk kita lihat..,
1.Wudhu untuk membersihkan dari hadas (kotoran dan najis)
Inilah tingkatan terendah dari kualitas wudhu seorang muslim. Pernah mendengar pertanyaan, “mengapa yang buang angin dibelakang, tetapi yang disiram bukan bagian itu tetapi bagian yang lain?”. Salah satu esensi berwudhu adalah menghilangkan hadast (kotoran dan najis). Membersihkan anggota fisik dari kotoran. Apabila kita buang air kecil, air seni ya disiram dan membersihkan air seni tersebut yang menempel di tubuh kita. Kalau ada kotoran seperti daki, bekas cat, dll. Ini adalah tingkatan terendah wudhu seseorang. Menghilangkan kotoran dan najis dari fisik kita.
Secara sederhana, tingkatan wudhu dalam kondisi ini contohnya adalah, ketika kita berkumur di mulut sambil menggosok-gosokan gigi dan menghilangkan kotoran sisa makanan di gigi. Begitu juga ketika membersihkan hidung, kita harus bersungguh dalam mengeluarkan kotoran hidung kita secara sempurna. Begitupun untuk seluruh anggota wudhu.
2.Wudhu untuk membersihkan anggota badan (fisik) dari perilaku dan dosa
Tingkatan berikutnya dalam berwudhu adalah wudhu untuk membersihkan anggota badan fisik dari perbuatan dan tindakan tercela. Bukan hanya membersihkan dari kotoran semata, wudhu perilaku ini sambil menghayati setiap membersihkan anggota wudhu kita juga berdo’a dan berharap kepada Allah untuk terhindar dari perilaku anggota wudhu tersebut. Contohnya, ketika kita membersihkan mulut tidak hanya membersihkan kotoran tetapi juga sambil berdo’a dalam hati “Ya Allah bersihkanlah mulut ini dari omongan yang menyakiti hati orang lain, perkataan yang tidak berguna dan suka membicarakan keburukan orang lain”.
Begitu juga ketika kita membersihkan wajah kita, dalam hati kita berdo’a “ Ya Allah hindarilah mata ini dari melihat, mencium dan mengatakan yang tidak halal”. Begitupun seterusnya untuk anggota wudhu lainya.
3.Wudhu untuk membersihkan hati dari ahlak tercela
Setelah dua tingkatan tersebut, tingkatan wudhu berikutnya adalah me-wudhukan hati dan perasaan kita dari sifat-sifat hati yang dilarang Allah. Berwudhu pada tingkatan ini, kita harus berusaha membersihkan hati dari sidat iri, dengki, ujub, riya dsb yang merupakan kotoran-kotoran hati. Wudhu ini sulit dilakukan. Kita tidak bisa melewati tingkatan di wudhu ini tanpa melewati dua tingkatan wudhu di atas.
4.Wudhunya Para Nabi dan shadiqin
Ini tingkatan wudhu yang paling akhir dengan derajat paling tinggi. Yaitu wudhunya para nabi dan shadiqqin.Tidak bisa dibayangkan seperti apa sempurna-nya wudhu Para Nabi dan shadiqqin ini, selain menyempurnakan wudhu dengan pembersihan fisik dari kotoran , perilaku tercela dan hati yang tidak baik, Para Nabi menyempurnakan wudhu-nya ini dengan membersihkan segala sesuatu yang mengotori pengabdianya kepada Allah SWT. Termasuk kondisi tidak khusyuk, (saya semakin sulit menjelaskanya, karena dialah yang merasakanya).
Dengan mempelajari empat tingkatan berwudhu yang disampaikan oleh Imam Ghozali, kita berusaha bercermin, Bagaimana kualitas wudhu kita?.
Apalagi menjelang bulan Ramadhan (tentunya kita lebih sering berwudhu), ibadah ini menjadi refleksi bagi kita btapa kualitas wudhu kita hanya sebagi rutinitas dan kewajiban semata ? atau kita ikut menghayati makna wudhu sebagai media untuk terus memperbaiki diri. Keep wudhu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H