Mohon tunggu...
Syech Reihan
Syech Reihan Mohon Tunggu... -

seorang sarjana yang mencoba peruntungan dengan menggadaikan ilmunya dengan harapan masuk surga, karena ia lelah melihat perilaku pemimpin negara yg gak bisa dipercaya, selalu bertikai diantara mereka. bukan mencari kebenaran tapi hanya sekedar membuat sensasi untuk meraih simpati dari penduduk negeri ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak-anak Karbitan

19 November 2010   13:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:28 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12901723701580175158

Sah-sah saja siapapun di bumi pertiwi ini bilang Indonesiasudah merdeka, Indonesia jauh lebih baik dari zaman dulu. Namun juga tidak adasalahnya jika banyak kepala di negeri ini masih terjajah. Ayahku beranjakremaja ketika zaman penjajahan Jepang dan wafat pada 31 Mei 1998, beberapa harisetelah rezim Suharto tumbang. Ketika kerusuhan Mei 1998 aku masih sempatmengajak beliau berputar-putar Jakarta melihat kondisi yang terjadi. Kala itumasih banyak asap hitam yang mengepul dari bangunan-bangunan yang terbakar.Rakyat emosi dan terjadi pencurian masal dari swalayan Goro di pasar minggu. Anarkisada dimana-mana. Bahkan aku tunjukkan kepada ayahku sebuah tas plastik penuhselongsong peluru yang aku dan teman-temanku pungut dari pinggir jalan sehari seusaitragedi Tri Sakti. Setelah lelah berkeliling, beliau hanya berbisik. "Sepertizaman Jepang saja. Kejadian ini bukti kalau sebenarnya kita ini belum pernahmerdeka." Itu tahun 1998, 12 tahun yang lalu, sekarang tahun 2010, akumasih merasakan rakyat negeri ini masih banyak yang terjajah. Seorang sahabat bilang bahwa aku harus bersyukur dengankeadaan sekarang. Dengan cepat aku mengangguk tanda setuju lalu aku balikbertanya bagaimana setiap kepala juga harus mengangguk tanda rasa bersyukur.Sementara masih banyak orang kesulitan untuk menyambung hidup esok hari. Sahabat tadi bilang, sudahlah tidak usah macam-macam. Zaman sekarang ini kita hanyaperlu kerja baik-baik, jangan terlalu idealis, sudah tidak musim. "Janganidealis, sekarang tidak musim", kalimat itu hampir sama dengan 'aura' pidato kenegaraanpresiden SBY memperingati HUT kemerdekaan RI ke 65. Kata para pengamat, pidatoitu sekedar informasi bukan solusi dan tidak menyentuh masalah mendasar yaitupendidikan bangsa ini. Tiba-tiba aku teringat dengan sebutan 'camper' yangdicetuskan oleh Paul Scholtz. Camper adalah manusia yang mencoba mendaki, namunmenemukan banyak rintangan. Lalu mereka menghentikan langkah. Membuka tanda.Tinggal di zona nyaman. Dan melupakan mimpi dan cita-cita mereka untuk menjadisang 'climber'. Itulah manusia-manusia camper. Aku merasa 65 tahun kitamerdeka, masih menjadi 'camper'. Malah mental climber aku lihat betul pada parapahlawan yang melawan penjajah dan para pendiri Republik ini. Kemudian tahundemi tahun berikutnya, sepertinya mental itu menurun sampai pada dasar terbawahmenjadi pasukan 'quitter'. Ups ..jangan pesimis, sahabatku mengingatkan aku lagi. Dia bilang Indonesia sekarang jauh lebih baik daripada dulu.  Dulu zaman penjajahan tidak semua orang bolehsekolah. Sekarang siapa saja bisa sekolah. Gratis lagi. Bersamaan dengan itu diTV terlihat sekelompok mahasiswa protes kepada kampus terhadap biaya kuliahyang makin tidak terjangkau. Terbayang bulan depan aku dan tim harus diterjunkan ke pulau Natuna dan sekitar Jambi untuk membantu sekolah-sekolahyang 'sudah terlupakan'. Masih teringat kala membaca email dari Pak Anies Baswedan tentang program Indonesia Mengajar. Beliau membutuhkan ribuan guru sukarelawanuntuk dikirim mengajar ke pelosok nusantara. Bukti bahwa masih banyak PR untuk ranah pendidikan di negeri ini. Masih terngiang getaran suara ibu Elly Risman sambil menangis yang mengatakan bahwa anak-anak kita sejak usia dini, mentalnya sudah dirusak dan terjangkiti penyakit yang bernama 'Adiksi Pornografi'. Media TV dan internet dijadikan wadah penyebar penyakit tersebut oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Orang-orang yang dengan kekayaannya mewarnai media Indonesia dengan tayangan-tayangan yang merusak mental anak-anak kita. Dan kita semua terdiam, tak bisa berbuat apa-apa. Indonesia adalah negara terbesar yang mesyarakatnya terutama remaja terjangkiti penyakit adiksi pornografi seluruh dunia. Namun negara ini tidak mempunyai satupun terapis-nya. Ungkap bu Ellydengan gemas. Ada lagi sahabat Ayah Edy yang dengan semangat menyusun strategi perang gerilya melawan penjajah yang bernama kebodohan. Ayah Edy membagi 20%perjuangan adalah melawan pengambil kebijakan dan 80% 'action' yaitu perjuangannya adalah menyelamatkan generasi pelajar dan masyarakatnya dari kebodohan. Wow ...hari ini aku tambah merasakan kita ini ternyata belum merdeka. Lihatlah sahabat-sahabatku masih berkutat berjuang meraih kemerdekaan. Aku tahu semuasahabat yang hadir di ruangan itu adalah climber dan merasa kita belum merdeka. Kembali pintu kamar tertutup, aku dalam kesendirian menunggu sahur. Lalu mengalirlah untaian introspeksi pada negeri. Ketika kita sadar, kecerdasan yang kita miliki tak lagi berperan untuk banyak orang ... Ketika kita kebingungan, setiap solusi dari masalah yang diputuskan malah merugikan banyak orang ... Ketika kita kehilangan arah, apapun peran kita dalam hidup tak lagi bermuara pada Tuhan ... Maka bersaksilah kita masih terjajah Kita masih terjebak dilereng Lalu siapa yang akan terbang? Aku cuma menunggu lahirnya para pejuang Aku cuma menunggu beraksinya para pejuang Aku cuma menunggu ... Sudah ada tanda-tanda... Seperti kerlap kerlipkunang-kunang Namun gelap lagi ...lama tak benderang Bambu runcing yang aku genggam layu Terlalu lama menunggu...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun