Mohon tunggu...
Syavira Zeta
Syavira Zeta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Perpustakaa, Universitas Negeri Malang

Halo! Saya Syavira Zeta seorang mahasiswa S1 ilmu Perpustakaan. Akun ini dibuat untuk berbagi cerita, opini, dan informasi tentang kegiatan kuliah. Akun ini terbuka untuk berdiskusi atau memberikan tanggapan di setiap postingan. Terima kasih!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontribusi Mahasiswa Magang Universitas Negeri Malang dalam kegiatan Konservasi dan Digitalisasi Naskah di Pusat Dokumen Sastra HB Jassin

26 Januari 2025   06:44 Diperbarui: 26 Januari 2025   06:44 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Contoh koleksi rusak Sumber: Dokumen pribadi

Jakarta, 26 Januari 2025 - Dalam era digital yang semakin berkembang, teknologi memainkan peran penting dalam pelestarian warisan budaya. Para mahasiswa dari berbagai jurusan khususnya mahasiswa Ilmu Perpustakaan, tentunya  mulai terlibat dalam kegiatan yang tidak hanya bernilai akademis, tetapi juga berkontribusi besar terhadap kelestarian karya sastra Indonesia yang semakin rentan terhadap kerusakan. Mahasiswa magang dari Universitas Negeri Malang (UM) turut ambil bagian dalam upaya konservasi dan digitalisasi naskah Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin (PDS HB Jassin), sebuah langkah yang tidak hanya melestarikan karya sastra Indonesia, tetapi juga memudahkan akses publik terhadap dokumen bersejarah tersebut melalui platform digital. 

PDS HB Jassin, yang didirikan untuk mengumpulkan, mengarsipkan, dan menyediakan akses kepada masyarakat terhadap berbagai karya sastra, saat ini memiliki lebih dari 170.000 koleksi yang awalnya dikumpulkan mandiri oleh bapak HB Jassin yang terdiri dari puisi, buku, kliping, naskah drama, esai, resensi buku, majalah hingga korespondensi. Koleksi ini merupakan warisan penting bagi sejarah sastra Indonesia. Sayangnya, beberapa dari koleksi tersebut mengalami kerusakan fisik akibat usia koleksi yang semakin tua dan kondisi penyimpanan yang kurang ideal. Untuk menghindari kehilangan informasi dari koleksi koleksi yang dimiliki, maka langkah yang dilakukan PDS HB Jassin adalah melakukan digitalisasi dan konservasi koleksi. Agar informasi yang terdapat dalam koleksi tersebut dapat terarsip dengan baik dan dapat diakses oleh masyarakat. 

Salah satu urgensi dilakukannya digitalisasi ini adalah untuk peluncuran menu baru di platform Jaklitera yaitu menu 'Katalog Sastra', menu ini dikhususkan agar para pengguna dapat mengakses koleksi-koleksi PDS HB Jassin yang sudah digitalisasi dimana saja dan kapan saja. Dikelola oleh Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin, menu Katalog Sastra menjadi sarana penghubung bagi publik, akademisi, dan peneliti untuk memperoleh akses ke ribuan koleksi yang sebelumnya hanya dapat ditemukan di perpustakaan atau pusat dokumentasi fisik. Dengan adanya menu ini, akses ke warisan sastra Indonesia menjadi lebih mudah, cepat, dan dapat dijangkau oleh siapa saja, di mana saja. 

Salah satu mahasiswa yang aktif terlibat dalam program digitalisasi ini adalah Nadia, mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Negeri Padang. Nadia mengatakan  bahwa pengalaman ini memberinya wawasan baru tentang pentingnya pelestarian naskah dan peran teknologi dalam mendukung hal tersebut. "Dengan proses digitalisasi, kita tidak hanya menjaga naskah agar terhindar dari kerusakan fisik, tetapi juga membuka kesempatan bagi lebih banyak orang untuk mengakses karya-karya tersebut, baik untuk kepentingan pendidikan, penelitian, maupun sekadar menghargai sastra Indonesia. Selain itu, digitalisasi juga memberikan pemahaman baru mengenai prosedur yang tepat agar tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada naskah," ujarnya.

Gambar 2. Proses Digitalisasi Menggunakan Alat i2s Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 2. Proses Digitalisasi Menggunakan Alat i2s Sumber: Dokumen Pribadi

Proses konservasi fisik juga tidak kalah penting. Banyak naskah yang rentan rusak akibat suhu yang tidak stabil,termakan usia dan keberadaan serangga. Oleh karena itu, mahasiswa yang terlibat juga diberikan pelatihan untuk melakukan konservasi dengan cara yang sesuai dengan prosedur dan profesional, mulai dari membersihkan naskah, bleaching naskah, enkapsulasi naskah, laminasi dan mengatasi kerusakan fisik yang salah satunya dilakukan dengan menjahit buku. Pelatihan ini diadakan oleh PDS HB Jassin khsusus untuk staff dan mahasiswa magang yang ditempatkan di bagian pengolahan dan digitalisasi naskah PDS HB Jassin. Kegiatan pelatihan ini berjalan selama 2 minggu. Di minggu pertama diberikan teori pembekalan terkait konservasi dan di minggu kedua melakukan praktek dari teori yang sudah diberikan. Kegiatan konservasi ini dipandu oleh bapak Aris dari Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa). Kemudian kegiatan pelatihan digitalisasi oleh bapak Agus Iswanto dan bapak Alfan Firmanto dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Juga oleh Dr. Munawar Holil dan Dr. Tantry Widiyanarti, M.SI. pada materi, 'Etika dalam Preservasi Naskah'.

Gambar 3. Kegiatan pelatihan di PDS HB Jassin. Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 3. Kegiatan pelatihan di PDS HB Jassin. Sumber: Dokumen Pribadi

Pihak pengelola dan staff  PDS HB Jassin juga menyambut baik keterlibatan mahasiswa dalam program magang ini. Kak Azizah, mengungkapkan bahwa mahasiswa memberikan kontribusi yang cukup besar dalam proses digitalisasi naskah. "Melalui keterlibatan mahasiswa, kami mendapatkan energi baru yang penuh antusiasme dalam proses mendigitalkan ribuan naskah yang ada. Digitalisasi naskah ini merupakan langkah penting agar karya-karya tersebut tidak hanya terpelihara, tetapi juga dapat diakses lebih luas oleh masyarakat dan generasi mendatang," jelas Kak Azizah. 

Program magang ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan dan institusi terkait. Dengan adanya program ini, diharapkan lebih banyak lagi mahasiswa yang terlibat dalam proses konservasi dan digitalisasi naskah di PDS HB Jassin, serta mendorong lembaga-lembaga lainnya untuk turut berperan aktif dalam pelestarian sastra Indonesia. Selain itu, keberlanjutan program ini juga dapat menjadi contoh bagaimana teknologi dan ilmu pengetahuan dapat bersinergi untuk menjaga dan memperkenalkan warisan budaya Indonesia kepada dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun