Mohon tunggu...
syavira dwi
syavira dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa angkatan 2022 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Hallo semua, kenalin aku Syavira Dwi Oktaviani yang sekarang merupakan mahasiswa aktif angkatan 2022 di fakultas kedokteran Universitas Airlangga. Hobi aku sekarang pergi hiking sih, i like to enjoy the nature.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Prokrastinasi, Apa Kalian Ikut Terjebak di Dalamnya?

20 Mei 2023   22:01 Diperbarui: 20 Mei 2023   22:12 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prokrasrtinasi, apakah Anda terjebak di dalamnya?

Jika anda terjebak dalam siklus penundaan, rasa bersalah, dan permasalahan yang tidak kunjung selesai, mungkin anda bertanya-tanya, "Mengapa ya saya begitu malas?" "Mengapa pekerjaan saya tidak selesai-selesai?"

Sebenarnya, kemalasan bukanlah alasan untuk menunda atau yang sekarang kita kenal dengan prokrastinasi. Prokrastinasi merupakan proses aktif dimana Anda memilih untuk melakukan hal lain bandingkan  tugas yang seharusnya  dikerjakan. Sedangkan, kemalasan merupakan proses tidak aktif, menunjukkan sikap apatis dan keengganan untuk bertindak.

Jika prokrastinasi tidak ada hubungannya dengan kemalasan, lalu apakah itu?

Secara etimologis, istilah "prokrastinasi" berasal dari kata Latin procrastinare yang memiliki arti menunda sampai besok. Namun, prokrastinasi lebih dari sekadar menunda-nunda. Faktanya, 95 persen manusia menunda-nunda pekerjaan mereka sampai di tingkat tertentu. Hal ini memang mengatakan masih banyak orang yang melakukan prokrastinasi.

Seringkali kita sudah berencana untuk menyelesaikan suatu hal, tetapi saat suara notifikasi dari hp kita terdengar, kita otomatis tertarik melihat apa isi dari notif tersebut dan tidak terasa telah meninggalkan pekerjaan yang sedang kita lakukan. Ketika kita menunda-nunda, kita menyadari bahwa kita menghindari tugas yang kita lakukan dan itu adalah ide yang buruk . Tapi kita tetap melakukannya.

Apakah mood mempengaruhi prokrastinasi?

Menunda-nunda bukanlah masalah kepribadian atau penyakit misterius terhadap kemampuan dalam mengatur waktu, tetapi merupakan cara untuk mengatasi emosi yang menantang, suasana hati negatif yang dipicu oleh tugas-tugas tertentu dan menyebabkan kebosanan, kegelisahan, rasa tidak aman, frustasi, kebencian, keraguan diri, serta banyak lagi.

Hal ini dapat dipicu oleh sesuatu yang pada dasarnya tidak menyenangkan dari tugas itu sendiri, misalnya Anda harus membersihkan lemari pakaian yang berantakan atau menyusun spreadsheet yang panjang dan membosankan untuk pekerjaan Anda. Namun, hal ini juga dapat dipicu oleh emosi yang lebih dalam terkait pekerjaan, seperti keraguan diri, percaya diri yang rendah, kecemasan, atau rasa tidak aman.

Kita seringkali pesimis dengan kemampuan diri sendiri. Melihat dokumen kosong, Anda mungkin berpikir bahwa saya tidak cukup cerdas untuk menulis ini. Bahkan jika saya pintar, apa yang akan dipikirkan orang tentangnya? Menulis itu sangat sulit. Bagaimana jika saya melakukan pekerjaan yang buruk?

Semua ini mungkin membuat kita berpikir bahwa sebaiknya kita mengesampingkan kertas dan melakukan hal lain.

Namun, tentu saja, hal ini hanya akan meningkatkan perasaan negatif yang kita miliki terhadap pekerjaan tersebut, dan hal ini akan terus ada setiap kali kita kembali ke pekerjaan tersebut, bersamaan dengan meningkatnya kecemasan dan stres, perasaan rendah diri dan menyalahkan diri sendiri.

Faktanya, ada banyak penelitian yang membahas tentang perenungan dan menyalahkan diri sendiri yang dialami oleh banyak orang setelah menunda-nunda pekerjaan, yang dikenal sebagai "penundaan kognitif". Dr Sirois berpendapat bahwa pikiran untuk menunda-nunda sering kali meningkatkan kecemasan dan stres kita, yang mendorong kita untuk menunda-nunda lagi.

Dalam jangka panjang, penundaan kronis tidak hanya merugikan produktivitas, tetapi juga memiliki efek destruktif yang terukur pada kesehatan mental dan fisik kita, seperti stres kronis, ketidaknyamanan psikologis dan kepuasan hidup yang rendah, gejala depresi dan kecemasan, perilaku yang tidak sehat, penyakit kronis, bahkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

Tetapi mengapa jika menunda pekerjaan saya merasa lebih baik?

"Kalau bisa dilakukan besok, kenapa harus sekarang?"

Menunda-nunda adalah contoh sempurna dari bias masa kini, kecenderungan kita untuk memprioritaskan kebutuhan jangka pendek daripada kebutuhan jangka panjang.

Ketika dihadapkan pada tugas yang membuat kita merasa cemas atau tidak aman, bagian "pendeteksi ancaman" di otak yang bernama amygala, menganggap tugas tersebut sebagai ancaman yang nyata. Bahkan jika kita secara intelektual menyadari bahwa menunda tugas akan menciptakan lebih banyak stres bagi diri kita sendiri di masa depan, otak kita masih terprogram untuk lebih mementingkan menghilangkan ancaman di masa sekarang. Para peneliti menyebutnya sebagai "pembajakan amigdala".

Bagaimana kita bisa mengatasi penyebab prokrastinasi?

Kita harus menyadari bahwa, pada intinya, penundaan adalah tentang emosi, bukan produktivitas. Solusinya bukan dengan mengunduh aplikasi manajemen waktu atau mempelajari strategi baru untuk mengendalikan diri. Ini berkaitan dengan mengelola emosi kita dengan cara yang baru.

Otak kita selalu mencari imbalan yang relatif. Jika kita memiliki kebiasaan menunda-nunda tapi belum menemukan imbalan yang lebih baik, otak kita akan terus melakukannya lagi dan lagi hingga kita memberikan sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan.

Dalam kasus penundaan, kita harus menemukan hadiah yang lebih baik daripada menghindar. Salah satu pilihannya adalah memaafkan diri sendiri pada saat Anda menunda-nunda. Penyesalan setelah menunda suatu pekerjaan pasti akan terjadi, oleh karena itu itu hentikan penyesalan tersebut dan mulai untuk melangkah.

Hal ini mungkin lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tetapi cobalah untuk mendefinisikan ulang proyek dengan mempertimbangkan aspek positifnya. Mungkin ingatlah saat Anda melakukan sesuatu yang serupa dan berjalan dengan baik. Atau mungkin pikirkan hasil yang menguntungkan dari menyelesaikan tugas tersebut. Apa yang akan dikatakan atasan atau rekan kerja Anda ketika Anda menunjukkan hasil kerja Anda yang sudah selesai? Bagaimana perasaan Anda tentang diri Anda sendiri?

Apa saja cara mengelola emosi pemicu prokrastinasi?

1. Kembangkan rasa ingin tahu

Jika Anda merasa tergoda untuk menunda-nunda, alihkan perhatian Anda pada sensasi yang muncul dalam pikiran dan tubuh Anda.

2. Pikirkan tentang tindakan selanjutnya

Ketika memulai tugas tertentu, Anda dapat memikirkan tindakan berikutnya sebagai kemungkinan belaka, seolah-olah itu adalah tindakan metodis: 'Apa tindakan selanjutnya yang akan saya lakukan untuk masalah ini jika saya melakukannya, bagaimana jika saya tidak melakukannya?'

3. Buatlah godaan Anda menjadi lebih tidak nyaman

Jika Anda secara kompulsif memeriksa media sosial, hapuslah aplikasi-aplikasi tersebut dari ponsel Anda atau buatlah kata sandi yang sangat rumit, bukan hanya lima digit, tapi 12 digit. Dengan melakukan hal tersebut, Anda menambah hambatan untuk melakukan pengalihan dari suatu pekerjaan. Begitu sebaliknya, membuat hal yang produktif atau pun yang harus kita lakukan itu semudah mungkin dan singkirkan semua rintangan yang ada.

Adanya sifat prokrastinasi ini membuktikan bahwa diri kita ingin selalu dalam keadaan bahagia. Menyingkirkan suatu pekerjaan yang sifatnya membebani atau pun yang kita anggap sebagai tantangan dari diri kita. Cobalah untuk memperluas zona nyaman Anda. Keluar dari zona nyaman adalah hal yang susah untuk dilakukan, tetapi memperbesar zona nyaman adakah upgrade dan sesuatu yang dapat kita lakukan bertahap. Langkah kecil yang Anda pilih sekarang akan menentukan hari esok Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun