Mohon tunggu...
Syavina Aulia Nabila
Syavina Aulia Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi pada sebuah perguruan tinggi swasta

infp-t

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Puasa terhadap Kontrol Emosi

15 Juni 2022   12:31 Diperbarui: 15 Juni 2022   13:33 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk berpuasa pada bulan ramadhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. pada surah Al-Baqarah ayat 183:

yaaa ayyuhallaziina aamanuu kutiba 'alaikumush-shiyaamu kamaa kutiba 'alallaziina ming qoblikum la'allakum tattaquun

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"

Definisi puasa memiliki 2 jenis, yakni secara bahasa dan syari'at. menurut bahasa adalah "", yang artinya menahan. kemudian secara syari'at adalah beribadah kepada Allah dengan menahan makan dan minum, serta segala yang membatalkan puasa dari sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

puasa ini memiliki banyak manfaat bagi fisik dan psikis, yaitu menyehatkan badan (hal ini dikarenakan organ istirahat selama puasa karena tidak memproses apapun) dan melatih kita untuk mengontrol emosi. nah kemampuan mengontrol emosi ini termasuk ke dalam kecerdasan emosional.

Goleman (2009) dalam penelitian Alhamdu dan Sari menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosinya. kemudian menurut Ginanjar (2007) mengatakan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk merasa. Namun, penekanan makna kecerdasan emosional oleh Ginanjar, bukan hanya pada kemampuan memahami orang lain dan penyesuaian diri saja. Tetapi, lebih menekankan pada akhlakul karimah seperti : konsistensi (istiqomah), totalitas (kaffah), berusaha dan berserah diri (tawakal), ketulusan (ikhlas), dan keseimbangan (tawazun).

dalam kesimpulan arti surah Al-syams, Allah berfirman: "Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya".

Ayat tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang mampu mengendalikan dirinya dari dorongan-dorongan hawa nafsunya (potensi fujurnya) sehingga tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan bodoh atau melakukan akhlak tercela yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, dan juga mampu memelihara kesucian nafsnya atau mengembangkan potensi taqwanya sehingga menjadikannya lebih dapat bersikap arif, bijaksana, lebih sabar, tekun, kreatif, percaya diri, progresif serta peka nuraninya dalam merespon problem-problem sosialnya. singkatnya, puasa bermanfaat juga berpengaruh banyak terhadap kecerdasan emosional kita sebagai muslim, diharapkan dengan melakukan ibadah ini kaum muslimin dapat menerapkan prinsip amar ma'ruf nahi munkar.


Author: Syavina Aulia Nabila¹, Fathia Azzahra Putri², Muhammad Royhan³, Syachwaliana Cahyani⁴.


Daftar Pustaka:

Abdillah, S. Risalah Puasa. GUEPEDIA.

Alhamdu, A., & Sari, D. (2018). Intensitas Melakukan Puasa Senin Kamis dan Kecerdasan Emosional. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 9(1), 1-12. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun