Mohon tunggu...
Muhammad Syauqi Saleh
Muhammad Syauqi Saleh Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Masa Sih Harus Ahli?

29 Oktober 2014   22:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:15 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi sebuah rahasia umum bahwa salahsatu kelompok sosial terstruktur di Indonesia menerapkan sistem ‘pemaksaan’ terhadapan pelaku kelompok.

Hal ini berdasarkan landasan yang dimiliki oleh kelompok sosial yang seharusnya tidak hanya mementingkan hubungan bisnis ataupun tujuan, namun harus juga meninjau dari persamaan perasaan yang dimiliki oleh pelopor dan oknum yang terlibat

Langsung saja, saya punya adik yang saat taman kanak-kanak dia diajarkan membaca, mewarnai, menulis, berbicara depan umum, sampai penjumlahan dan pengurangan. Hal ini masih kubiarkan sampai ia naik ke sekolah dasar, saya rasa sekolah dasar akan lebih memahami perasaan anak itu, ternyata LEBIH BURUK! Dia malah diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh tenaga pengajar. Dan hal itu masih saja kubiarkan sebagai penelitianku tentang kelompk sosial yang satu ini. Kemudian, dia melanjutkan semuanya ke Sekolah menengah pertama. Di sana, dia telah diajarkan matematika, biologi, kimia dll. Seketika itu, mulailah muncul respon-respon buruk terhadap apa yang telah ia dapatkan 9 tahun di kelompok sosial itu.

Mama, jangan mka pergi sekolah besok nah!

Terlihat kejenuhannya terhadap apa yang ia diami sejak lama. Tak lama kubertanya dalam hati, KENAPA?? Sudah pasti ada yang salah.

Sebelum ia naik ke SMA, saya mulai bertindak, mulai menuliskan beberapa bahan penelitian soal kelompok sosial yang “katanya” mencetak manusia terbaik dalam prestasi. Omong kosong!

Bagaimana tidak, kelompok sosial yang seharusnya menjadi wadah untuk pemahaman perasaan antar satu sama lain agar terjadi chemistry hingga masing-masing punya keahlian senidiri-sendiri menjadi sebuah wadah yang menyediakan puluhan lalapan ilmu dan mutlak untuk dikuasai yang bisa dibilang sok tahu dalam memilah dan memilih lalapan ilmu itu dan frekuensinya terlalu banyak untuk sebuah penebakan keahlian per-siswa.


TUJUAN KALIAN MENJADIKAN MEREKA SEBAGAI MANUSIA YANG SERBA TAHU, YANG AKHIRNYA MENJADIKAN MEREKA MANUSIA YANG SOK TAHU!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun