Mohon tunggu...
Syauqina Effendy
Syauqina Effendy Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pemimpi

Jangan tanya siapa aku karena aku juga belum tahu.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Silakan Pergi: Bagian 7

29 Maret 2024   21:52 Diperbarui: 29 Maret 2024   22:00 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mei pulang sendirian ke rumahnya setelah hujan reda. Namun tidak ada orang. Li, Tuan Iko, atau pun Nyonya Ke entah menghilang ke mana. Masa bodolah, Mei lelah. Ia langsung berbaring di kamar dan tertidur.

            Tengah malam ia terbangun karena suara berisik dari luar kamar, berdecak kesal. Terdengar suara percakapan beberapa orang dan desingan mobil. "Iya, masukkan saja semua barangnya. Letakkan di penyimpanan bawah tanah," suara berat, pasti milik Tuan Iko. "Li? Cepat masuk dan tidur. Sudah letakkan, maksud Ayahmu bukan harus kau yang membantu. Kalau mau membantu esok saja, sudah larut," yang ini suara milik Nyonya Ke. Dan yang terakhir, "Iya, Bu. Aku akan berbenah dan tidur," pastilah itu Li.

            Tapakan kaki bergema meramaikan dinding-dinding sunyi koridor lantai dua. Cklek! Li membuka pintu kamarnya di sebelah kamar Mei. "Habis ke mana?" Mei berdiri menghadap Li ketika Li hendak masuk. "Oh, belum tidur?" Li menjawab dan balas menoleh. "Kau belum menjawab pertanyaanku. Kalian semua habis dari mana?" Suara Mei bergetar dan agak tersendat, menahan tangis. "Ayah ada kunjungan darurat ke luar kota." "Oh, tapi masih sempat mengajak Ibu dan kau juga?" Li diam sejenak.

            "Tadi juga sekalian ke akademiku." Li menjelaskan. "Ke akademimu ya," Mei mengangguk paham, "sampai tengah malam mereka rela-rela saja mengantarmu yang sudah diterima dan masuk peringkat lima besar di akademi terbaik negara." "Itu tadi mendadak, tidak ada persiapan sama sekali. Jadi kami bertiga kelabakan," Li menyengir kikuk.

            "Tapi sudah kuberitahu pertandinganku jauh-jauh hari... Masih belum sempat ya? Apa meluangkan waktu untukku sesukar itu?" Mei setengah menangis setengah tersenyum yang tidak sampai ke mata. Setelah itu ia membanting pintu kamarnya keras. Meninggalkan Li yang terpaku, tersadar bahwa hari ini adalah salah satu hari penting adiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun