Mohon tunggu...
Syauqina Effendy
Syauqina Effendy Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pemimpi

Jangan tanya siapa aku karena aku juga belum tahu.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Silakan Pergi: Bagian 6

28 Februari 2024   16:18 Diperbarui: 28 Februari 2024   16:25 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

           Setelah orang tak dikenal itu duduk, Mei dapat melihat sepintas wajahnya. Kacamata, alis, bahkan lesung pipinya sangat Li! Secarik senyuman terbit di wajah Mei, ada harapan! Dengan semangat ia melanjutkan pertunjukannya, walau matanya terus mencuri-curi pandang ke arah Li seolah ingin mengatakan, 'Hei! Lihat aku, orang yang kau bilang cengeng itu sekarang sedang bertanding wushu!'.

            Mei duduk di kursi koridor sendirian setelah gilirannya. Menunggu Li mungkin? Ia menenggak air yang telah disiapkan oleh Pembina. Suasana koridor benar-benar sepi. Samar- samar terdengar hiruk pikuk dari tribun penonton sana.

            Benar. Dugaan Mei sangat jitu. Li tidak datang.

Setelah Mei 'menggalau' entah berapa lama, hingga tiba saatnya pengumuman skor,batang hidung Li sama sekali tak kelihatan. Seandainya Li bunglon, Mei harap ia sedang melakukan mimikri. Menyamar jadi dinding atau apalah, yang penting datang.

            Pengumuman finalis itu telah berakhir, diambil lima skor tertinggi. Malang, skor Mei nanggung sekali, di urutan keenam! Pembinanya menyemangati dan bilang tidak apa-apa. Tapi bagi Mei itu apa-apa. Sekarang ia masih berpraduga bahwa Li sembunyi dan akan mengejutkannya. Tapi hingga satu jam setelahnya, saat stadion sudah sepi, mutlak sudah. Li tidak datang!                                                                                                             

           Mei menunggu di halte sendirian sore-sore. Yah, mau bagaimana lagi? Hujan badai dahsyat mengguyur kota tanpa ampun. Tempias airnya saja sudah bisa membuat baju Mei basah total. Kulit jarinya sudah keriput karena terus terkena air. Tidak peduli alasan-alasan yang dibuat keluarganya saat ia pulang nanti. Dari jauh tak terlihat memang, tapi mata Mei merah dan bengkak. Keluarganya, bahkan Li sekali pun, jahat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun