Dulu, kulihat saat aku pergi ke rumah nenekku, entah kenapa selalu ada lima cermin berhiaskan ornamen-ornamen klasik bertengger di dinding setiap kamar. Totalnya lima, cermin di kamar Bibi Re, kamar Bibi Fa, kamar Paman Gie, kamar Paman Na, dan terakhir, kamar ibuku. Namun, tiga di antara mereka sudah meninggal karena wabah misterius, kecuali Paman Gie dan ibuku.
      Hari ini adalah hari ke-40 setelah nenekku meninggal. Keluarga kami mengadakan tahlilan atau acara kirim do'a sekaligus tanda berakhirnya masa berkabung. Lima cermin itu dipindahkan ke rumahku. Salah satu alasannya adalah wasiat nenekku, nenek bilang, cermin-cermin itu sangat mahal! Padahal kalau begitu, menurutku lebih untung bila dijual. Keluargaku tentu bisa kaya dalam sekejap!
      Anehnya, aku tidak tahu bagian mahalnya di mana. Maksudku, cermin-cermin itu sangat kusam, bingkainya sedikit berkarat, detail ornamennya banyak yang memudar. Persis seperti..., maaf, barang rongsokan! Ya... bingkainya kuakui sangat cantik dan berkilauan saat terkena cahaya. Namun tidak ada yang terbuat dari lapisan emas, atau bahan langka dan mahal lainnya, barang sekarat pun tak ada!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H