Ruangan itu gelap dan menyeramkan. Membuatmu merasa seperti ada yang akan menyerangmu tiba-tiba dari belakang. Hening tetapi tidak menentramkan. Karena itu malah menambah kesan mencekam. Tidak ada desiran angin, bahkan udara enggan menunjukkan eksistensinya di sana.
"Mau sampai berapa lama?"
"Aku tidak tahu."
"Kalau ingin mati bilang padaku."
"Tapi aku tidak ingin."
"Sudah kubilang harapan itu tidak ada, mustahil."
"Tidak, harapan itu masih ada. Beribu-ribu."
"Di mana?"
"Di sini." Ia meletakkan tangannya di dada. "Di hatiku, di pikiranku, dan di tubuhku."
Lawan bicaranya terkekeh pelan. Menertawakan kekonyolan di depannya ini. Lalu berganti menatap kasihan,
"Tapi tidak ada di matamu," katanya. "Manusia semuanya sama saja. Munafik. Membosankan. Buktinya kau sudah tiga tahun di sini."