Mohon tunggu...
Syauqina Effendy
Syauqina Effendy Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pemimpi

Jangan tanya siapa aku karena aku juga belum tahu.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Temannya Teman Re

14 November 2023   21:55 Diperbarui: 14 November 2023   22:11 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Re punya teman dan temannya lagi punya teman. Namanya Mi. Mi adalah gadis berumur 13 tahun yang amat manis. Banyak anak panti yang menyukainya. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah saat aku bersembunyi di halaman rumah tua no. 3 itu. Ketika itu, Mi sedang menyirami tanaman. Yang muncul di pikiranku begitu melihat dia adalah: ia benar-benar seorang gadis. Yaa, maksudku, ia memakai gaun krem selutut berenda dengan motif kelinci. Rambut coklatnya dikepang menjadi dua dan diberi pita putih, yang kalau pita itu diterpa angin akan berkibar-kibar. Bibirnya ranum, pipinya yang putih kemerah-merahan diterpa terik mentari, sangat gadis! Aku iri dengan selera berpakaian orang lain untuk petama kalinya saat itu.

    Aku ketahuan! Mi menemukanku di antara semak rerumputan. Dengan canggung dan gerakan yang terpatah-patah, aku berdiri. Mi memandangku heran, tapi sedetik kemudian ia tersenyum tipis. Ah, rasanya aku seperti sedang melihat malaikat! Manis dan menyilaukan. Aku menunduk, berpura-pura mengamati tanah dan menggaruk tengkukku yang tak gatal sambil setengah tersenyum. 

   "Sedang apa kau di sini? Bersembunyi lagi?" Suara sahutan menyelamatkanku. Itu Re! Akhirnya. "Seperti biasa," aku memandangnya datar. Re memegang tanganku dan hendak membawaku masuk. Gerakan kami terhenti, Re menoleh ke Mi, kemudian aku. "Kenalkan, Mi. Temannya temanku," Re berkata singkat. Mi tersenyum simpul. Aku overdosis! Terlalu manis! "Chia," aku berusaha tersenyum selebar dan setulus mungkin walau akan terlihat seperti sengiran kuda, menawarkan jabat tangan. "Mi, temannya teman Re." Ia membalas jabatan tanganku. Oh, tak sesuai dugaanku. Meski sekilas, bisa kurasakan banyak bekas luka di tangannya. Terasa kasar.

    Tarikan tangan Re menyadarkanku. Aku melepas jabatan tangan, "Sampai jumpa, Mi!" Ucapku riang. Tergesa-gesa, Re membawaku ke kamarnya, lantai 2. Kamar Re tak terlalu luas, sedang tapi agak sempit. Hanya ada satu ranjang berukuran satu orang, satu lemari, dan satu nakas. Semuanya terbuat dari kayu randu dan sudah mulai rapuh. Cat dinding berwarna hijau tua nampak mengelupas. Kamar Re sangat sederhana, sama seperti kamarku. Bedanya, ada satu rasa yang bisa jadi tidak akan kurasakan di kamarku. Damai. Kamar Re tenang, sejuk, apalagi ketika diterangi remang-remang senja. Seperti saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun