Langit bertaburan bintang telah hilang, digantikan oleh langit merah saga yang berhiaskan rudal-rudal. Suara dentuman keras terdengar lagi. Bangunan runtuh, menimpa banyak anak-anak yang tengah asyik bermain. Masyarakat panik berlarian, mengungsi. Malam ini, serangan kembali dilancarkan oleh Israel. Klinik darurat milik para relawan dipenuhi bau anyir cairan merah pekat itu. Korban-korban dievakuasi secepatnya.  Mayat-mayat anak kecil yang tak berdosa memenuhi ruangan itu. Relawan terbirit-birit ke sana kemari, membawa kotak P3K.Â
  Di suatu masjid yang bangunannya bahkan hanya tersisa separuh, berkumandang adzan yang dapat membuat hati tentram ketika mendengarnya. Para wanita, lansia, balita, semuanya berkumpul, berlindung, berserah diri kepada-Nya. Orang-orang beristirahat di masjid itu, dengan wajah-wajah lelahnya. Sholat akan segera didirikan, iqamah dikumandangkan. Aku segera memakai mukenahku, mengikuti gerakan imam. Bersiap mengadukan seluruh keluh-kesahku kepada Allah yang Maha Kuasa. Hingga saatnya aku mengucapkan salam, membiarkan diriku hanyut kembali oleh realita di dunia fana.Â
  Tanah bergetar begitu aku selesai berdzikir. Serangan untuk yang entah keberapa kalinya hari ini di Gaza. Kota yang menyimpan beribu kenangan untukku. Kota yang sukar untuk kudeskripsikan lewat kata. Dan Gaza yang sekarang, lebih hancur dari yang sebelumnya. Huh! Mungkin tentra-tentara Israel itu berpikir aku akan begitu mudahnya meninggalkan kota kelahiranku ini ya? Oh, sayangnya tidak. Warga Palestina bukanlah warga pengecut. Kami rela berjuang mati-matian dan berdarah-darah agar dapat membebaskan tanah ini.
  Di serambi masjid, banyak kotak-kotak berisi donasi yang telah diberikan oleh saudara muslim kami, bahkan dari seluruh dunia. Karena, mau dipandang dari sudut pandang mana pun, masalah ini bukan lagi tentang agama, tetapi tentang kemanusiaan. Ini bukan lagi perang, tetapi penjajahan. Untuk yang membela Israel, entah di benua bagian mana pun, bagaimana kalian bisa begitu na'if? Ketika Israel berbicara buka-bukaan bahwa mereka lah yang tersiksa dan disiksa.Â
  Setelah aku keluar masjid dan bersiap untuk membantu sukarelawan kembali, tepat suara dentuman mengarah ke tempatku. Keadaan menjadi rancu tak terkendali. Aku menggeret kursi rodaku terburu-buru. Berharap akan tetap hidup setidaknya satu hari lagi. Na'as, rudal memborbardir kota Gaza dengan begitu teganya. Selamat tinggal dunia, sampai jumpa di lain masa wahai penduduk Gaza. Kunantikan kalian di surga, menjadi saksi atas langit saga Palestina.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H