Mohon tunggu...
Syauqi Faiz Rahman Harfy
Syauqi Faiz Rahman Harfy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa yang berkegiatan sebagai anggota organisasi radio kampus, saya suka mengedit, berbicara dan suka berinteraksi dengan khalayak ramai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Retorika Dakwah Beserta Targetnya

30 Juni 2024   09:03 Diperbarui: 1 Juli 2024   20:59 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin & Syauqi Faiz

Dosen Retorika Dakwah & Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Secara umum, sasaran retorika dakwah adalah manusia, baik mereka yang beragama Islam, kafir, atau munafik. Berdasarkan titah Allah yang termaktub di dalam al-Qur'an, Nabi berdakwah pada masa awal Islam. Peta sasaran dakwah retorika dapat merujuk pada bagaimana manusia menanggapi al-Qur'an.

Makna ayat menunjukkan respons manusia terhadap al-Qur'an. "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah." (QS. Fathir/35: 32).

Ayat ini menunjukkan bahwa zalim linafsih atau menganiaya diri sendiri adalah cara kelompok pertama menanggapi turunnya al Quran.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menyatakan bahwa frasa ini mengacu pada orang yang tidak mematuhi sebagian perintah yang diwajibkan dan malah melakukan sebagian larangan yang diharamkan.

Al Quran, meminta untuk menyembah Allah, dia menyembah berhala; Al Quran juga meminta untuk membayar zakat, dia tidak membayarnya; dan, sebaliknya, meminta untuk berbuat baik, dia malah berbuat buruk.

Ada kemungkinan bahwa mereka termasuk kelompok kafir berdasarkan bagaimana mereka menanggapi turunnya al-Qur'an. Mereka adalah tujuan pertama dalam dakwah. Kelompok kedua memiliki pertanyaan tentang kebenaran al Quran dengan cara yang setengah-setengah atau pertengahan; pengarang kitab Tafsir Jalalain termasuk dalam kelompok ini, yang separuh-separuh mengamalkannya.

Meskipun Allah SWT menyatakan, "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu." (QS. al-Baqarah/2: 23).

Menurut Ibnu Katsir, karakter lain dari kelompok kedua ini adalah mereka yang melakukan perintah yang diwajibkan dan meninggalkan larangan yang diharamkan, tetapi pada saat yang sama tidak melakukan sebagian dari perbuatan yang disunahkan atau dibenci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun