Mohon tunggu...
Syauqi Faiz Rahman Harfy
Syauqi Faiz Rahman Harfy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa yang berkegiatan sebagai anggota organisasi radio kampus, saya suka mengedit, berbicara dan suka berinteraksi dengan khalayak ramai

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Keterkaitan yang Terjadi di Antara Retorika dan Dakwah

16 Juni 2024   12:14 Diperbarui: 16 Juni 2024   12:20 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi Syauqi Faiz

Ditulis Oleh: Syamsul Yakin dan Syauqi Faiz

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Retorika dan Dakwah memiliki suatu hubungan yang sangat dekat. Retorika adalah seni berbicara dan mengajak orang dengan cara berbicara. Mad'u akan senang bila pesan disampaikan dengan bahasa yang baik. Ini semacam dakwah billisan.

Pidato atau berbicara mengacu pada komunikasi verbal. Ada dua jenis dakwah: Billisan dan Bilkitabah. Unsur yang mencakupi meliputi mengajak, berbicara, dan menulis.

Pidato atau berbicara juga mempertimbangkan komunikasi nonverbal, baik tatap muka maupun virtual. Sedangkan dakwah dikenal dengan istilah 'dakwah bilhal' yang dapat dilakukan secara online maupun offline. Bahasa tubuh dan gerakan tubuh dipahami dalam ucapan: Tujuan litigasi adalah untuk menciptakan model atau contoh.

Seiring dengan berkembangnya retorika dari seni retorika menjadi ilmu retorika, tabligh berkembang dari praktik keagamaan menjadi kajian agama, dan retorika warisan budaya menjadi ilmu dakwah yang sistematis, logis, dan dapat diandalkan.

Jika tujuan berbicara adalah untuk menyampaikan pesan yang informatif, persuasif, dan menghibur, maka pesan dakwah iman, syariah, dan akhlak dapat disampaikan dengan cara yang informatif, persuasif, dan menghibur. Faktanya, tujuan dari perkataan dan khotbah sampai batas tertentu bersifat mendidik.

Dakwah mempunyai metode ajakan yang disebut bilhikmah, yaitu pidato dan diskusi yang harus disampaikan secara hati-hati sesuai dengan tujuan kata-kata yang positif.

Jika perkembangan bahasa memerlukan penggunaan bahasa baku berdasarkan statistik dan penelitian, maka itu adalah billisan, bilkitabah atau bilhal. Hal ini berlaku terutama jika mengukur segala sesuatunya secara kritis dan rasional.

Menurut Aristoteles, pathos, logos, dan etos adalah bagian dari bahasa, dan para pengkhotbah harus memiliki ketiganya, baik secara intelektual maupun spiritual. Namun kata-kata bukanlah satu-satunya yang secara menyedihkan mengungkapkan kesedihan atau kegembiraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun