Mohon tunggu...
Syauqi Hafiz
Syauqi Hafiz Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ponpes Husnul Khotimah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memperkosa Kalimat INSYA ALLAH Berakibat Fatal

1 Februari 2014   16:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:15 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalimat insya allah adalah kalimat kondisional. Maksudnya, hanya sah diucapkan pada saat tertentu. Karena tidak tepat jika anda mengucapkan innalillah jika membantu orangtua mentang-mentang itu kalimat thayyibah. Lebih tepat jika anda mengucapkan bismillah bukan?

Kondisi apakah yang disyariatkan mengucapkan insya Allah?

Insya Allah wajib diucapkan (obligatory) jika merencanakan sesuatu pada tempo yang akan datang. Demikian yang disimpulkan ibnu Abbas terkait al Kahfi ayat 23-24. Secara literal (verbum pro verbo) kalimat ini berarti: Jika Allah menghendaki. Jika Allah menginginkan. Jika Allah mengizinkan. Apa maksud dari ungkapan semacam ini? Asumsikan bahwa anda merencanakan sesuatu. Setelah merencanakan hal tersebut, anda diwajibkan menyisipkan pernyataan bahwa semua rencana itu hanya akan berjalan dan terealisasi jika Allah menakdirkannya. Maka anda ucapkan kalimat insya Allah. Jelas?

Semua rencana, plan, blueprint, rundown,program jangka pendek dan panjang anda, wajib anda barengi dengan keyakinan bahwa itu semua HANYA akan terwujud dengan izin Allah jika Allah menakdirkannya. Itulah fungsi kalimat insya Allah, membuat kita ingat kembali sistem takdir yang berlaku. Bahwa kita harus dan wajib pasrah dengan takdir, sama wajibnya dengan kewajiban ikhtiyar (usaha) dan akhdzul asbab (strategis). Semua rencana anda haruslah indah dan strategis. Lalu anda wajib ingat kuasa besar yang menjadi faktor penentu terwujudnya semua itu.

Terjebak?

Sudah sering kita melihat kenyataan bahwa ada yang menggunakan kalimat insya Allah bukan untuk menyatakan kepasrahan yang syar'i itu. Justru kalimat insya Allah itu difungsikan secara salah. Dan penyalahgunaan ini sudah sejak lama adanya. Ringkasnya, orang pertama yang berjanji kepada pihak kedua untuk melakukan ini dan itu, lalu ngomong insya Allah, namun janjinya tak kunjung ditepati. Padahal pihak kedua sudah percaya sepenuhnya dengan janjinya lantaran kalimat insya Allah itu. Penyalahgunaan kalimat insya Allah ini meluas dan makin mengacaukan maknanya. Pada akhirnya, hari ini kita menyaksikan sikap masyarakat terkait kalimat insya Allah menjadi seperti ini:

1. Saat kita sedang merencanakan sesuatu, lalu kita mengatakan insya Allah, justru kita dianggap tidak serius.

2. Jika kita menjanjikan sesuatu dengan kalimat insya Allah, kita justru dianggap berniat melanggar janji kita.

3. Insya Allah juga diartikan semoga, dan artian semoga ini dipakai setiap saat. Dan hampir tak dikenal lagi makna insya Allah yang sesungguhnya.

4. Tidak sedikit orang yang terbiasa mengucapkan insya Allah untuk memerkosa maknanya. Dipakainya kalimat insya Allah untuk berkelit. Jika ditagih janjinya atau rencananya, dia jawab 'kan insya Allah meeen, ga pasti.juga lah'.

Intinya, sekarang kalimat insya Allah disalahpahami oleh kedua pihak baik yang menggunakannya atau yang menjadi pendengarnya. Yang lebih bertanggungjawab mengacaukan kalimat insya Allah ini adalah yang mengucapkannya secara sembarangan. Karena bagaimanapun, si pendengar menjadi korban mereka-mereka ini. Maka yang lebih utama diluruskan adalah orang-orang yang menyalahgunakan kalimat insya Allah. Adapun para pendengar yang salah paham itu akan kembali percaya dengan kalimat insya Allah jika kalimat insya Allah kembali digunakan semestinya. Sederhana kan?

Mari kita bahas sisi lain dari penyalahgunaan ini.

Diawal sudah kita bahas dan kita simpulkan bahwa kalimat insya Allah setidaknya memiliki makna berikut:

1. Keyakinan kepada takdir Allah bahwa takdirNya akan selaras dengan rencana kita.

2. Kita sudah ikhtiar atau siap ikhtiar. Karena syarat tawakkal dengan keputusan Allah adalah ikhtiar maksimal. Begitulah menurut ajaran islam.

Maka jika kita mengucapkan insya Allah tapi tak memenuhi makna insya Allah seperti diatas, maka anda telah menyalahgunakan kalimat thayyibah. Ini berbahaya jika anda lakukan terus menerus karena akan menjadi dosa. Bukan dosa karena anda salah makna,.tapi dosa berbohong. Lho kok berbohong? Ya iyalah, anda membuat orang mengira bahwa anda akan menepati janji anda, atau bahwa anda.akan merealisasikan rencana anda. Bawa-bawa Allah lagi. Gimana orang ga percaya coba? Tapi alangkah kecewanya mereka saat anda tak menepati janji atau rencana anda padahal anda sudah mengucapkan insya Allah. That feel.... Yah serasa dibohongi lah. Apalagi jika (naudzubillah) anda melakukannya terus menerus. Anda memang layak dianggap pembohong. Sekali lagi, naudzubillah.

Solusinya, jika anda tak yakin dengan janji atau rencana anda sendiri, jangan bawa-bawa insya Allah. Itu namanya memperkosa maknanya. Jujur saja bahwa anda agak ragu, dan minta supaya dibimbing dan dimotivasi. Gitu aja kok repot? Dan bagi anda-anda yang pernah jadi korban insya Allah palsu, sering-seringlah bersabar. Sekaligus anda juga harus terbiasa memojokkan orang yang menyalahgunakan kalimat insya Allah supaya jujur, apa benar insya Allah yang anda ucapkan?

Sekian. Terima kasih.

-Khartoum, Sudan-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun