Batman, yang ada dikepala kita adalah superhero. Karakter ini sangat ikonik bagi Industri komik dan film. Bahkan sosoknya sangat dicintai penggemar dari seluruh penjuru dunia sejak peluncuran komiknya, apalagi film live actionnya.
Siapa yang tak kenal sosok manusia kelelawar ini. Ketika mendengar kataSeputar film The Batman yang rilis pada 2 Maret lalu adalah kejutan bagi penggemar menunggu Batman yang benar benar gelap, sejatinya keaslian Batman terasa di film ini. Sebelum membahas ini lebih lanjut, peringatan spoiler untuk pembaca yang belum menonton The Batman.
Saya hanya pencinta film, review dan kritik saya tidak akan seruntut profesional film. Pertama ekspetasi saya melihat trailer film ini tidaklah cukup mengejutkan saya karena Marvel masih  unggul dalam dunia Superhero yang terkenal dengan lini masanya yang beraturan dan sangat detail.Â
Tapi saya tidak juga pilih kasih terhadap film Superhero saingan Marvel itu. Ketika duduk dibangku untuk menyaksikan film Batman dimulai.Â
Pada prolog saya merasa ini film seperti horor karena adegan pembunuhannya sangat mengerikan layaknya film horor, apalagi adegan tersebut keluarga kecil yaitu pembunuhan ayah dari seorang anak kecil yang saya pikir itu ada Bruce Wayne kecil (karakter Batman).Â
Sama seperti film film Batman sebelumnya yang mengawali adegan pembunuhan orang tua si manusia kelelawar tersebut. Tenyata tidak, ayah yang dibunuh adalah seorang walikota Gotham city. Pembunuhnya adalah Riddler musuh Batman yang penuh teka teki.
Sejak pembunuhan itu, film semakin terasa horror karena the Riddler yang digambarkan bertopeng kulit dan selalu meninggalkan pesan usai membunuh korbannya.Â
The Riddler ini semacam orang "Anti-Sistem" karena ketidaksukaannya terhadap politik kotor yang dilakukan para penguasa di kota Gotham.Â
Hebatnya lagi, ia sangat cerdas menemukan data data para koruptor atau pejabat kotor dan langsung bersikap vigilante tanpa ampun menghabisi korbannya. Kenapa dia selalu memberi pesan kepada Batman? Ya karena dia ingin Batman terlibat dalam aksinya.Â
Film ini fokus kepada psikologis Bruce Wayne yang mendapatkan tantangan besar setelah menjadi Batman. Pada awal film saya tidak melihat sosok Batman, hanya melihat sosok Bruce Wayne yang memakai kostum saja. Karena Batman yang dingin itu belum dimunculkan saat pertama.Â
Tidak sama seperti Batman karya Christopher Nolan (The dark knight) dimana Bruce Wayne memiliki dua kepribadian saat malam dia bersikap dingin, saat siang ia bersikap pengusaha sombong sama seperti Bruce Wayne di film Zack Snyder (Batman Vs Superman).Â
Disini Matt Reeves membuat Bruce Wayne dan Batman sama dinginnya mengingat Bruce Wayne yang terkena mental sejak menjadi Batman. Namun, Batman sekarang benar-benar dibuat seperti detektif seakan kembali ke marwahnya DC (Detective Comic).Â
Kembali ke isu utama tentang mengapa The Batman menjadi Superhero paling rasional yang paling mendekati kehidupan realita saat ini. Sisi kostum semua karakter di film ini seperti sangat mudah dijumpai dalam kehidupan realita, begitu juga karakteristiknya yang dibuat seperti orang biasa namun punya kecerdasan dan kuasa.Â
Ini sangat kontras dengan Penggambaran karakter di film superhero zaman dulu yang terkesan sangat fiktif untuk dibawa ke kehidupan nyata sebab mengikuti gaya komiknya.Â
Penggambaran Batman yang begitu gelap suasana Gotham yang kacau dengan maraknya kriminal ditambah lagi pejabat pejabat yang korup. Batman selalu dekat dengan keadaan Politik krisis dan penjahatnya pun kalau bukan pengkritik yang makar serta separatis maka penjahatnya adalah kriminal yang dilindungi penguasa.Â
Di film ini The Riddler digambarkan anak culun psikopat sama seperti aslinya namun dibuat sangat serius berbeda dari film Batman tahun 90an yang sama mengikuti komik dan mencolok.Â
The Riddler menjadi pahlawan masyarakat karena tindakannya yang menghabisi pejabat kotor dengan brutal, The Riddler seperti memberi pesan yang diharapkan warga Indonesia yang menginginkan pejabat kotor itu musnah dari Negeri ini.Â
Ini yang membuat saya terpukau, film superhero sekarang tidak seperti yang kita pahami dulu yaitu penjahat ya penjahat, tapi penjahat disini digambarkan karakter antagonis yang silang pendapat dengan protagonis sama halnya dengan Thanos yang pendapatnya bersebrangan dengan The Avengers.
Karakter selanjutnya ada The Penguin yang dibuat Matt Reeves sangat rasional. Sosoknya memang dibuat sebagai bos kartel narkoba, Catwoman yang lincah tanpa embel embel kekuatan, Polisi jujur James Gordon juga seperti polisi yang benar benar melaksanakan tugas investigasinya.Â
Terakhir sosok tokoh utama Batman yang sangat rasional, kenapa? Karena dulunya Batman dibuat sangat Over, seperti memiliki mobil unik, peralatan canggih yang belum ada teknologi semacam itu dizamannya, dan Batmannya bisa terjun hanya dengan jubah belakangnya.Â
Namun tidak disini, Batman dibuat sangat mendekati realitas. Batman tidak terjun hanya menggunakan jubahnya namun ia mengubah kostumnya menjadi "Wingsuit" untuk melakukan terjun bebas dan itu bisa kita lihat oleh aksi pencinta terjun bebas.Â
Kostumnya yang keren sangat terlihat kalau kostum itu buatan tangan dari Bruce Wayne. Batcave atau markasnya juga tidak mencolok layaknya Batman pada umumnya, lebih terkesan seperti ruang kerja seorang detektif.Â
Batman selalu menggunakan motor Cafe Racer, motor kesukaannya anak muda saat ini juga tidak terlihat sulit mencari motor seperti Batman. Mobilnya jenis Muscle yang sudah dimodifikasi tanpa senjata hanya memiliki fitur NOS untuk menambah laju mobil membuat Batman yang sangat rasional dan realistis ditambah lagi sosok Batman seorang manusua biasa yang hanya mengandalkan kecerdasan dan keuletan dalam bela diri, tak jarang Ia terkena serangan musuh yang jarang terjadi di film-film film Batman sebelumnya. Â
Martin Scorsese pernah mengatakan Film superhero bukan cinema melainkan taman bermain. Tapi dengan Batman versi Matt Reeves ini, sinematografi sangat terasa mungkin ini superhero yang diharapkan Sutradara legendaris tersebut.
Film ini mampu mengotak-atik emosi penonton seakan-akan panah menancap sisi psikologis penontonnya yang begitu terasa.Â
Durasi hampir tiga jam itu tidak terasa malah ingin filmnya berlangsung lama. Saya tidak sabar untuk melihat sekuel lanjutan dari The Batman . Apakah ia tetap Batman yang Realistis atau menjadi Overpower
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H