Kabupaten Banyuwangi secara agresif mem-branding Kawah Ijen sebagai destinasi wisata dengan menggelar acara “Jazz Ijen” dengan mengolaborasikan musik etnik Osing dalam paduan jazz. Langkah agresif kabupaten pimpinan Azwar Anas untuk membranding Ijen juga dilakukan dengan memasang iklan hampir seperempat halaman di Radar Bondowoso, tetap di halaman rubrik Bondowoso. Sepertinya, Banyuwangi tidak sekedar mencitrakan bahwa Kawah Ijen adalah milik Banyuwangi, tetapi juga menunjukkan keseriusan pencitraan Ijen sebagai miliki Banyuwangi di depan masyarakat Bondowoso.
Kawah Ijen dengan dengan keunggulan sebagai salah satu blue fire terbaik di dunia tentu menjadi daya tarik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara untuk mengunjunginya. Bagi wisatawan yang baru mengetahui Kawah Ijen, tentu pertanyaan pertama adalah di manakah Kawah Ijen terletak? Dan, Kabupaten Banyuwangi secara masif dan terstruktur mengkampanyekan bahwa Kawah Ijen terletak di Banyuwangi. Padahal, Kawah Ijen juga terletak di KabupatenBondowoso Provinsi Jawa Timur. Berbeda dengan Bromo yang sudah paten merupakan promosi dagangan wisata Probolinggo, ijen masih baru-baru ini saja mendunia.
Sangat seru sekali ketika kemudian Bondowoso juga langsung membalas dengan mengadakan acara serupa. Event Jazz di Ijen. Saya sendiri tidak yakin, acara Jazz yang digelar oleh Pemkab Bondowoso ini bakal semeriah yang di Banyuwangi. kenapa ? karena Bondowoso gaungnya kurang begitu terkenal di media ( pada saat ini ) kalah pamor oleh Banyuwangi. Bahkan julukan kota pensiunan masih melekat kuat di Bondowoso. Terlebih lagi, promosi yang dilakukan kurang semasif seperti yang dilakukan Banyuwangi.
Padahal seperti yang dulu pernah saya tulis, jalur ke Ijen ( sebelum Banyuwangi dipimpin oleh Abdullah Azwar Anas ) jauh lebih enak lewat dari Bondowoso. Pada saat itu, Ijen identik dengan Bondowoso. Sampai-sampai hotel paling bagus disana juga dikasih nama Ijen. Intinya pada saat itu, Blue Fire Ijen hanya bisa disaksikan lewat Bondowoso.
Langkah bupati bondowoso Amin Said Husni berusaha membranding Ijen dengan bondowoso lagi nampaknya sudah terlambat. Banyuwangi beberapa tahun terakhir begitu agresif dengan promosi Ijen'nya.
Amin said husni nampaknya berusaha mengekor kesuksesan banyuwangi menggelar acara serupa di Bondowoso, namun, keseriusannya masih perlu dipertanyakan lagi karena event ini nampaknya hanya sekedar seremonial belaka bukan bermaksud untuk menjadikan ijen sebagai brand promosi wisata bondowoso.
Sebagai seorang marketer, mungkin sebaiknya bondowoso tidak perlu sampai mengekor ( apalagi meniru ) event-event promosi yang dilakukan oleh banyuwangi. Beberapa keunggulan bondowoso sebaiknya perlu lebih dipromosikan lagi. Bukankah bondowoso punya kesenian Singo Ulung ? dulu ketika masih bekerja di salah satu operator selular saya pernah "nanggap" satu grup singo ulung pada waktu launching tarif promo terbaru. waktu itu bahkan banyak warga bondowoso sendiri yang masih belum mengetahui tentang tradisi singo ulung. Ini merupakan tantangan bagi bupati said amin husni, terutama agar tidak ketinggalan dalam mempromosikan wisata di bondowoso.
Bukan begitu ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H