Apresiasi Film Amélie
Triska Syattwa Wisnu Wardana
XI- Sci-DA
Film yang berjudul asli Le fabuleux destin d'Amélie Poulain, yang berarti Takdir Amelie Poulain yang Menakjubkan, diproduksi pada tahun 2001 oleh Jean-Pierre Jeunet. Film ini menceritakan tentang seorang gadis belia, Amélie Poulain yang mencoba untuk merubah keadaan orang disekitarnya menjadi lebih baik, meskipun dia sendiri harus berjuang melawan kesendirian yang dialami sejak kecil.
Film berbahasa Prancis ini mengambil setting di Montmartre, Prancis. Secara setting, film ini banyak menampilan tempat tempat indah dan romantis khas Perancis, seperti Katedral Notre Dame, Kanal St Martin, dsb. Ditambah lagi, penuturan dialog berbahas Prancis yang dilakukan semua aktor dan aktrinsya menambah kental kesan romantisme dan ekspresif. Film Amélie dibintangi oleh Audrey Tautou sebagai Amélie. Sebagai pemeran utama, kemampuan akting Audrey benar benar nampak terlihat. Secara keseluruhan, lewat film ini kita disuguhkan suatu pengolahan gambar bergerak (film) yang bagi saya pribadi masih terasa aneh dan asing karena metode penyajiannya cenderung berbeda dengn yang film amerika atau indonesia kebanyakan. Oleh karenanya, film ini menjadi hal yang wajib untuk disaksikan oleh para penikmat film yang sekiranya bosan dengan film yang itu-itu saja. Tak heran jika film iniberhasil menyabet beberapa penghargaan bergengsi, diantaranya sebagaiFilm terbaik pada Europian Film Awward dan memenagkan 2 penghargaan Caesar Awward sebagai Film Terbaik dan Sutradara terbaik.
Lewat film Améliekita dapat mempelajari kebiasaan keluarga ortodok eropa yang cenderung kaku dan otoriter dalam mendidik anak. Sebagai contoh, Amélie sejak kecil tidak begitu dekat dengan ayahnya sehingga Amélie kecil didiagnosa mengidap lemah jantung, padahal ia hanya gugup jika berada didekat ayahnya. Hal ini yang mendasari ibunya untuk melarang Amélie bersekolah di sekolah umum dan mengajarinya di rumah. Jadilah Amélie seorang gadis belia yang aneh, jarang bergaul, dan cenderung anti sosial. Keadaannya diperparah setelah kematian tragis ibunya, tertimpa turis yang bunuh diri, di depan Gereja Notre Dame. Amelie yang kemudian dibesarkan oleh ayahnya yang juga anti sosial menjadi semakin aktif dengan dunia imajinasinya. Hal ini menandakan bahwa keluarga sebagai institusi sosial pertama berperan krusial dalam membentuk prilaku dan karakter seorang anak. Kesalahan pola asuh akan berdampak pada anak tersebut hingga dewasa.
Eropa dan beberapa negara maju lainnya terkenal dengan perbandingan demografis penduduk usia muda cenderung lebih sedikit dan penduduk tua yang lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh masyarakatnya yang sudah peduli akan nutrisi serta kualitas pelayanan kesehatan yang memadai. Film Amelie yang mengambil gambaran masyarakat Prancis juga menjadi contoh nayata akan hal ini.
Amélie juga sudah dibiasakan hidup mandiri. Terbukti dengan Amélie yang tinggal terpisah dengan ayahnnya meskipun ia belum menikah. Tidak seperti halnya budaya indonesia, yang bahkan sampai dewasa masih betah tinggal bersama orang tua.
Meskipun mengangkat genre komedi romantis, namun film ini tidak telepas dari nilai-nilai sosial dan moral yang masih relevan.Amélie menempatkan dirinya sebagai guardian angel dengan menolong orang-orang yang tersisahkan di sekitarnya. Améliemembantu pria cacat mental yang sepanjang harinya dihina oleh tuannya. Améliejuga berteman dengan pria tua di sebelah flatnya yang sakit-sakitan dan selalu kesepian. Ia merangkai surat cinta palsu untuk seorang janda tua yang kecewa dikhianati suaminya. Padahal sebenarnya sang suami sangat mencintai janda tua itu, hanya saja tidak suratnya tertunda berpuluh-puluh tahun akibat perang.
Bumbu-bumbu romantisme dimunculkan oleh sang sutradara dengan apik. Tidak kurang dan tidak lebih. Amélie diceritakan bertemu dengan pemuda yang sama anehnya dengan dirinya. Adalah Nino Quincampoix, pemuda yang senang memunguti sobekan foto orang-orang yang kecewa dengan hasil jepretan photo box di stasiun yang menarik hati Amélie.Cinta tumbuh diantara mereka berdua dengan tidak diduga dan berbuah manis di akhir cerita
Dalam penyajiannya, nilai humoris yang ditonjolkan dalam film ini terkesan eropa sekali. Mengandalkan banyak ironi, tingkah konyol dan bodoh, namun mampu mengundang gelak tawa sekaligus menimbulkan kesan satiris.
Hanya saja kepada penonton yang tidak menyukai film yang banyak bernarasi, saya tidak menyarankan untuk menonton film ini. Mesikipun tidak dipusingkan oleh alur ataupun sudut pandangnya, film Améliememiliki proporsi dialog yang tidak seimbang dengan narasinya sehingga, Film yang berdurasi l2 jam 10 menit ini ,dikhawatirkan akan membuat Anda tertidur bosan.
Referensi: http://en.wikipedia.org/wiki/Am%C3%A9lie#Critical_response
en.wikipedia.org/wiki/Audrey_Tautou
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H