Di dunia pendidikan saat ini, banyak siswa mengalami frustasi dalam belajar menjadi salah satu isu yang cukup menonjol. Banyak siswa mengeluhkan kesulitan memahami materi, yang berujung pada penurunan pemahaman dan prestasi akademik. Gaya pengajaran yang monoton membuat siswa merasa bosan dan kehilangan minat untuk belajar.Â
Pastinya siswa merasa kurang cocok dengan gaya belajar yang membuat siswa frustasi dalam hal pendidikan. Tekanan akademik membuat siswa merasa cemas dan terbebani. Rasa cemas ini dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan untuk memahami materi pelajaran. Dengan keinginan siswa dalam meraih nilai tinggi untuk yang diimpiankan.Â
Dan juga dengan kurangnya dukungan orang tua membuat siswa kurang semangat dalam hal belajar secara individu untuk mengerjakan tugas mandiri. Serta dalam pembaruan kurikulum baru membuat siswa merasa kewalahan, sehingga mereka tidak dapat memahami materi dengan baik. Dengan banyaknya penurunan terhadap materi membuat penurunan drastis dalam prestasi akademik serta minimnya motivasi siswa dalam memulai kembali proses belajar.Â
Tetapi kita perlu memberikan motivasi terhadap siswa dalam belajar dengan gaya model baru pengajaran serta pertambahan waktu belajar sehingga siswa masih mwmiliki kesempatan untuk bertanya dimana letak ketidak fahaman terhadap materi tersebut.
 Dengan begitu mengenali penyebab dan menerapkan solusi yang efektif, kita dapat membantu siswa mengatasi kesulitan mereka. Pendidikan yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan siswa adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat meminimalkan frustasi dan meningkatkan pemahaman siswa, sehingga mereka dapat meraih kesuksesan dalam pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H