Kick Off Program Makan Bergizi Gratis, Bagaimana Pelaksanaannya di daerahmu?
Program Makan Bergizi Gratis di Kecamatan Kupang Tengah
Ribuan siswa dari TK hingga SMA di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini merasakan manfaat dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto. Langkah ini menjadi angin segar bagi masyarakat, terutama bagi anak-anak yang membutuhkan asupan gizi yang baik demi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Peluncuran program ini berlangsung di SD Inpres Noelbaki pada Senin, 6 Januari 2025. Acara tersebut dipantau langsung oleh Badan Gizi Nasional dan dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia. Dengan adanya program ini, diharapkan dapat mengurangi angka gizi buruk dan stunting yang masih menjadi masalah di berbagai daerah.
Program MBG disediakan oleh mitra Yayasan Novito Timor, yang telah menyiapkan dapur umum di Desa Noelbaki. Makanan diantar menggunakan mobil box untuk menjaga kebersihan dan kehigienisan. Wadah makanan yang digunakan juga terbuat dari stainless steel dengan penutup rapat, sehingga aman untuk dikonsumsi.
Di SD GMIT Manumuti, Kelurahan Tarus, sebanyak 320 siswa dari kelas 1, 2, 5, dan 6 mendapat jatah makan pada shift pertama yang diantar pukul 06.30 Wita. Sementara itu, siswa kelas 3 dan 4 sebanyak 150 orang mendapatkan jatah di shift kedua yang dimulai pukul 11.00 Wita.
Kepala Sekolah GMIT Manumuti, Yana Taopan, menyatakan bahwa anak-anak sangat senang dengan program ini. "Menu yang disajikan sehat dan bergizi seimbang," ujarnya. Menu tersebut terdiri dari nasi, sayur kacang panjang, jagung manis, tahu, daging ayam, dan buah, yang semuanya berkualitas.
Dengan sistem pembagian yang terorganisir, Yana menegaskan bahwa mereka tidak perlu khawatir tentang jumlah makanan yang kurang. "Kami hanya tinggal membagikan kepada siswa di kelas masing-masing, dan jumlahnya pas," tambahnya.
Kepala sekolah lainnya, Novi Adriana Riwu dari SD Inpres Noelbaki, juga mengungkapkan rasa syukurnya. Di sekolahnya, terdapat 591 siswa, dan semua siswa menerima makanan gratis yang disiapkan dalam boks terpisah. "Makanan ini sangat membantu, terutama bagi anak-anak yang tidak sempat sarapan pagi," jelasnya.
Mayoritas orang tua siswa di sekolah tersebut bekerja sebagai petani dan nelayan. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam menyediakan sarapan bagi anak-anak mereka. "Hanya sekitar 10 persen anak yang sarapan sebelum berangkat ke sekolah," ungkap Novi.