Di cermin berbingkai emas, dia berdiri, Â
Menyapa bayangan dengan senyum manis, Â
Kata-kata pujian mengalir seperti air, Â
Baca juga: Puisi: Mencintaimu di Musim Pilkada
Namun di baliknya, ada cerita yang tersembunyi.
"Kau cantik, kau bijaksana," semua berteriak, Â
Namun beban harapan tak kunjung pudar, Â
Di dapur, dia memasak impian yang hangus, Â
Baca juga: Masalah Manusia dan Paradoks Kehidupan
Sementara dunia menilai dari sekadar wajah yang mulus.
Baca juga: Puisi: Hujan, Desah dan Basah
"Jadilah kuat, jangan lemah," kata mereka, Â
Sementara hati ini merintih dalam sepi, Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!