Lalu untuk apa kita seakrab kemarin, Â
Saat tawa kita bersatu dalam hening, Â
Kini, di antara bayang-bayang kesunyian, Â
Baca juga: Puisi: September, Bulan Hitam
Kita terpisah oleh jarak yang menyakitkan.
Seakan waktu hanya sebuah ilusi, Â
Setiap kenangan berbalik menjadi misteri, Â
Di mana canda dan tawa yang dulu, Â
Baca juga: Kita dan Kenangan yang Membunuh
Kini terbenam dalam keasingan yang pilu.
Baca juga: Rindu tanpa Temu
Sial, kata hati terucap lirih, Â
Mengapa semua ini harus terjadi, Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!