Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Untuk Ibuku, Kalsum Kideng

2 September 2024   16:16 Diperbarui: 2 September 2024   16:26 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuhan, beri selalu kesehatan untuk ayah dan ibuku. Beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan mereka.

Aku merindukanmu, Ibu, terutama saat mengajarkanku menulis puisi tentang cinta sejati. Cinta seolah tinta yang membuat segalanya tampak jelas. Air mata yang jatuh dari mataku mengungkapkan perasaan. Jemariku menari di atas kertas di bawah sinar bulan purnama. Apakah kau mendengarnya, Ibu? Di sini, aku merindukanmu dan ingin menceritakan betapa indahnya dirimu. Jika ada yang lebih menawan dari langit senja, mungkin itu adalah senyummu. Hidupku terasa kosong tanpamu. Rindu ini begitu mendalam.

Ibu, engkau seperti rumah yang melindungi ku dari hujan.

Saat malam datang membawa lelah, aku menuliskan kata-kata: kasih sayangmu memberiku kehangatan. Air mata ini mengering saat kau memelukku. Engkaulah cinta sejati yang ada sebelum ajal menjemput. Aku mencintaimu seperti bunga mencintai penciptanya. Pipimu berkilau seperti senja, matamu berwarna pelangi. Engkaulah ibuku, ciptaan Tuhan yang muncul saat Dia tersenyum di balik semua pertanyaan.

Ibu, kau seperti udara yang senantiasa memberi kasih sayang.

Ada nama yang selalu terpatri di hatiku, yaitu engkau, ibuku tercinta. Dalam puisi ini, cinta tumbuh terus menerus meski waktu berlalu. Aku berdoa di tengah limpahan rahmat Tuhan. Ku harap kau selalu bersamaku agar hatiku tetap kuat menghadapi bayangan samar. Kau adalah malaikat tanpa sayap dan pedang dalam pertempuran. Engkaulah jantungku, darahku, nafasku, hidupku, dan matiku. Aku sangat merindukanmu.

Ibu, cintamu akan selalu ku ingat hingga akhir hidupku.

Setiap keluhanku, kata-katamu menjadi penyejuk rasa lelahku. Aku berteriak pada bumi untuk mencurahkan kesedihan yang meluap. Ada doa darimu yang memberikan senyuman menenangkan. Namun, di dalam dada ini, kerinduan untuk pulang ke pelukanmu semakin membara. Aku bertanya pada diriku tentang cinta seorang ibu yang tak terbandingkan. Dengan penuh kebanggaan, aku ingat bagaimana kau terus berjalan meski dalam kesulitan.

Siapa tiga wanita tercantik di dunia? Pertama, ibuku. Kedua, bayangannya. Ketiga, pantulan dirinya di cermin.

Ibu, tak ada kasih yang sedalam belaianmu dan doamu yang tiada henti.

Engkaulah malaikatku, penyembuh luka dalam kesedihan. Engkaulah penghapus dahaga kasih sayangku. Selamanya, aku akan mencintaimu. Ucapan terima kasih ini tak cukup untuk menggambarkan perasaanku. Ibu, Kalsum Kideng, malaikatku, sinar kehidupanku. Senyummu adalah cahaya semesta, tempatku kembali dari semua kehilangan. Maafkan aku karena belum bisa membanggakan mu, dan maaf karena aku adalah anakmu. Semoga kau sehat selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun