Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Romansa di Watohari

29 Agustus 2024   18:35 Diperbarui: 29 Agustus 2024   20:03 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat datang dalam mimpiku, kekasih |Sumber foto: alura.jpeg/pinterest

Aku memilih mencintaimu dalam mimpi. Karena dalam mimpiku kau tak akan pernah mati.

Awan berarak di langit yang luas, membawa imajinasi. Angin bertiup lembut, hening tanpa kata. Dari ranting bidara, kerinduan menyimpan harapan yang lebih kuat dari hujan. Di senja yang kelam, bayangmu sering muncul dan terpantul di akar pohon lontar. Dalam hatiku selalu ada gelora rindu yang menggebu, seperti gerimis di bulan November. Kerinduan ini tak akan pudar oleh waktu, bahkan ia tumbuh dalam bahasa tenang yang tak menghiraukan rasa sakit yang membasahi tanah. Kenangan indah terpatri, menghapus memori lama.

Tiba-tiba, seorang perempuan seusia senja datang mendekat dan memanggilku. Hari itu, Jumat sore, setelah aku bertemu teman-teman lamaku. Perempuan ini masih setengah kukenal. Dia sederhana, namun sangat istimewa. Dari dirinya, aku menemukan kembali arti kebahagiaan, bahkan dalam masa-masa sulit. Dia menjadi tempat pelarian dari kegelapan dunia dan tawa yang penuh kepedihan.

"Hei, tunggu sebentar, kamu Paji, kan?" teriaknya manja, dan aku pun berhenti untuk melihatnya.

Baca juga: Aku adalah Diriku

"Iya, benar. Kamu Senjani, ya?" jawabku, teringat akan kehadirannya yang selalu mengusik pikiranku.

Mata kami berbinar saat senyumnya menghiasi suasana, kata-katanya mengalir penuh makna. Semoga saat itu datang, menyatukan harapan dan langkah kita hingga membekas.

Di akhir perbincangan, dia berkata, "Semoga kita bisa bertemu lagi untuk mengobati rindu." Tawanya lembut dalam keheningan.

Aku terdiam sejenak, lalu menjawab, "Semoga semua yang direncanakan segera terwujud." Sebelum berpisah, aku berbisik, "Rindu tidak bisa ditunda, ia menghampiri setiap detik." Akhirnya, kami pulang ke rumah masing-masing, membawa keraguan dalam cerita tentang duka dan derita.

Setelah pertemuan hangat itu, aku merenungi setiap tatapan yang kau berikan. Rindu ini mengalir, menghubungkan kita melalui telepon, chatting, dan berbagi rasa. Kita seperti sepasang sandal jepit yang tidak boleh terpisah hingga mencapai tujuan bersama. Kami berserah pada takdir.

Entah mengapa, senyummu, lesung pipi, cahaya di matamu, aroma rambut dan tubuhmu selalu terbayang dalam ingatanku. Ini sederhana, namun sangat berharga. Kehadiranmu menggetarkan hati, mendekapku dalam kerinduan. Hai Nona Watohari, hadirmu sangat berarti bagiku. Semoga kamu tidak akan pernah menghilang dan terus mengukir kenangan.

Dalam bayanganku, saat hujan turun, kau tampil cantik dalam balutan daster hitam kesukaanmu. Aku dengan santai menikmati kopi dan merokok sambil membaca buku favoritku. Kita berbagi cerita, menikmati kehangatan. Aku mencintaimu selalu, kau adalah alasanku tersenyum setiap hari. Nona dari Watohari, semoga jejakmu selalu ada di hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun