Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju

Membaca akan membantumu menemukan dirimu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selepas Riu koh yang Gaduh

16 Agustus 2024   12:55 Diperbarui: 16 Agustus 2024   15:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita menghabiskan waktu bersama ditepian pantai saat senja lagi manja-manjanya.(Ilustrasi gambar: Pinterest - Aina Tasya)

Menjauh dari yang riuh, berteduh dari yang gaduh.

Setelah curah hujan deras, sesaat sebelum hari menjelang malam, suasana sore terasa lebih hangat dari biasanya. Orang-orang cenderung menunda keluar rumah, jalan-jalan menjadi sepi tanpa keramaian lalu lintas. Diharapkan, setelah badai berakhir, tidak ada lagi kepahitan yang tersisa dalam keramaian dan kebisingan pikiran.

Kedua kekasih itu saling bertatapan, mata mereka bertemu dan saling memancarkan kehangatan. Dalam kesunyian, mereka mulai berbicara. Suara-suara lembut nan akrab terdengar di antara mereka. 

Dimulai dari topik-topik ringan, seperti cita-cita, hobi, atau kebiasaan sehari-hari. Perlahan-lahan, obrolan mengalir semakin dalam. Mereka bertukar cerita tentang masa lalu, mimpi-mimpi, dan harapan di masa depan. Kadang terselip canda tawa di antara kisah-kisah yang mereka bagi.

Tatapan mata yang semula hanya saling mencuri pandang kini terjaga, seolah ingin saling menyelami jiwa satu sama lain. Jarak di antara mereka perlahan terkikis, digantikan kehangatan dan kedekatan yang terasa begitu menenangkan.

Waktu serasa berhenti, yang ada hanyalah dua jiwa yang saling bertaut, menikmati kebersamaan dan saling berbagi. Dunia seakan milik berdua, terpusat pada kehadiran satu sama lain.

Paji: "Sayang, aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu. Sebagai warga negara, aku merasa sangat prihatin dengan kondisi negara kita saat ini."

Bitu: "Ada apa, Paji? Ceritakan padaku apa yang sedang mengganggu pikiranmu."

Paji: "Kau tahu, setelah sekian lama merdeka, aku masih melihat banyak ketimpangan dan ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Banyak orang yang masih hidup dalam kemiskinan, sementara di sisi lain ada segelintir orang yang hidup dalam kemewahan."

Bitu: "Iya, aku juga merasakannya. Rasanya sulit untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang kita impikan dulu, yaitu menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat."

Paji: "Memang, dan yang membuat saya semakin prihatin adalah ketika melihat demokrasi yang kita jalankan selama ini ternyata masih belum berjalan dengan baik. Ada banyak korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan monopoli di berbagai sektor."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun