Komunikasi tidak bisa dipandang sekedar sebagai sebuah kegiatan yang menghubungkan manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus dipandang sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpulan tindakan yang terus menerus diperbaharui.
Komunikasi antarbudaya adalah merupakan salah satu kajian dalam ilmu komunikasi. Ada beberapa pendapat bahwa komunikasi antar budaya memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi karena :
· Secara teoritis memindahkan focus dari satu kebudayaan kepada kebudayaan yang di bandingkan.
· Membawa konsep atas makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan.
· Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.
· Membawa perhatian kita kepada peranan kebudayaan yang mempengaruhi perilaku.
Ini berarti bahwa proses pembentukan kajian komunikasi antarbudaya harus didukung oleh apa yang disebut dengan “asumsi – asumsi” teoritik. Pertanyaannya adalah apa itu asumsi ? pembicaraan mengenai asumsi tak bisa di pisahkan dari teori di mana teori dapat di artikan sebagai “alat keilmuan” yang bertujuan untuk menerangkan hubungan antara berbagai aktivitas manusia yang diamati. Jadi kalau kita bicara tentang ilmu komunikasi maka sudah tentu ilmu komunikasi mempunyai teori – teori , dan teori – teori itu berguna untuk menerangkan berbagai aktivitas komunikasi manusia (the activity of human communication).
Dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya maka kita mengenal beberapa asumsi, yaitu :
1. Komunikasi antarbudaya di mulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
2. Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi.
3. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.