Program Pengabdian pada Masyarakat (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)Â telah kembali menunjukkan dedikasinya dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dengan memberikan kontribusi yang signifikan. Dalam semangat pemberdayaan dan peningkatan kesadaran, PMM menjadi wadah bagi mahasiswa dan dosen untuk berkolaborasi dalam rangka memberikan dampak positif kepada masyarakat. Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) ini adalah untuk mengaplikasikan Hilirisasi hasil Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Maka dari itu, PMM telah menjadi salah satu tonggak utama dalam memperkuat sinergi antara dunia akademis dan masyarakat.
Dibawah pengawasan ketat dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) UMM dan didampingi oleh para Dosen Pembimbing (DPL) seperti Ibu Indri Wahyuningsih, S.Kep Ns., M.Kep., PMM telah mewujudkan berbagai program yang memberikan dampak positif di berbagai lapisan masyarakat. Di antara program-program yang diluncurkan, PMM Gelombang 8 Kelompok 97 telah menunjukkan inovasinya dalam upaya meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental dan memerangi tindakan bullying di kalangan siswa sekolah dasar. Kali ini, mereka memilih memanfaatkan kekuatan musik angklung sebagai media untuk membawa perubahan positif dalam lingkungan sekolah.
Program ini merupakan produk dari kerja keras tim yang dipimpin oleh Aditya Tegar Kusuma Ariyuda sebagai Koordinator. Tim ini juga terdiri dari anggota-anggota yang memiliki kreativitas tinggi, seperti Hafizh Akbar Maulana sebagai Humas, Syarla Aqila sebagai Sekretaris, Chesar Antad Nur Aprilia sebagai Bendahara, dan Aji Ardi Nur Wahyudi sebagai PDD. Dengan kerjasama yang solid, mereka berhasil merancang program ini dengan harapan dapat memberikan dampak positif dan bermanfaat bagi khalayak umum.
Melalui kolaborasi yang erat antara PMM Gelombang 8 Kelompok 97 dan SDN 1 Sambigede, mereka berhasil menyelenggarakan program pendampingan musik angklung bagi siswa kelas 3 dan 4. Selain menghadirkan keindahan musik di lingkungan sekolah, mereka juga memberikan pengalaman langsung mengenai pentingnya kesehatan mental dan upaya pencegahan bullying melalui aktivitas sehari-hari. Musik angklung dipilih bukan hanya sebagai alat musik tradisional biasa, tetapi juga sebagai sarana untuk membawa pesan-pesan penting tentang kesehatan mental dan pencegahan bullying ke dalam lingkungan sekolah. Angklung dipandang sebagai alat yang dapat membantu siswa belajar keterampilan musik sekaligus mengekspresikan diri secara kreatif.
"Pemilihan angklung sebagai media utama program ini tidaklah kebetulan. Angklung bukan hanya alat musik, tetapi juga simbol kesatuan dan kebersamaan. Melalui musik, kami berharap bisa membangun hubungan yang lebih erat di antara siswa-siswi," ungkap Pak Doko, pelatih musik angklung.
Selain latihan musik, program ini juga melibatkan kegiatan sharing sessions di sela-sela istirahat. Di momen-momen tersebut, para siswa diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman, cerita, atau masalah pribadi yang mereka hadapi sehari-hari. Hal ini tidak hanya membantu membangun kebersamaan di antara siswa-siswi, tetapi juga menjadi kesempatan untuk membahas isu-isu penting seperti kesehatan mental dan pencegahan bullying di sekolah.
"Dengan berbagi pengalaman, kita bisa saling memahami dan mendukung satu sama lain. Ini adalah langkah penting dalam membangun kebersamaan dan mengurangi potensi konflik serta tindakan bullying di sekolah," ungkap salah satu anggota tim program.
Pembahasan tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan cara mengatasi tindakan bullying juga diintegrasikan dalam kegiatan sharing sessions. Melalui diskusi terbuka dan pemahaman yang mendalam tentang dampak psikologis dari bullying, para siswa diajak untuk berpikir kritis dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah dan mengatasi bullying di lingkungan mereka.
Tidak hanya siswa-siswi yang terlibat dalam program ini, namun juga guru-guru yang diberikan dukungan dan pemahaman lebih dalam tentang kesehatan mental dan pencegahan bullying. Mereka diberikan sebuah buku saku yang berisikan tentang apa itu kesehatan mental dan bagaimana memberikan dukungan kepada anak-anak mereka dalam menghadapi situasi tersebut.