Mohon tunggu...
Syarifudin
Syarifudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa UIN Prof. K.H Saifuddin Zuhri Purwokerto Progra Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Gadget bagi Santri Pondok Pesantren ATH-Thohiriyyah Purwokerto

23 Mei 2024   12:55 Diperbarui: 23 Mei 2024   12:57 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era saat ini, di era 4.0 dimana kita masyarakat indonesia bahkan dunia tidak jauh-jauh dan bahkan tidak asing dengan yang nama nya teknologi. Teknologi adalah sebuah sistem yang dibuat atau dirancang manusia untuk mempermudah setiap gerak dan aktivitas manusia dalam hal keseharian maupun mempermudah dan mengefisiensi setiap pemikiran manusia untuk tujuan kebaikan nilai-nilai positif dengan memberikan dampak nyata sebuah kebermanfaatan bagi peradaban umat manusia. Berbagai kalangan, golongan, lapisan masyarakat pada era sekarang ini dapat membeli gadget dan juga paket data internet karena harga nya yang terjangkau. Hal-hal semacam ini menimbulkan suatu fenomena literasi yang semakin tinggi pada setiap masyarakat. Terlebih lagi keadaan yang seperti ini atau bisa dibilang pada era saat ini setiap masyarakat seperti dituntut agar cakap berliterasi dan menambah wawasan melalui gadget dan setiap lini kehidupan masyarakat dibuat sedemikian rupa agar tidak jauh-jauh antara gadget dengan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, berbagai kalangan, golongan, lapisan masyarakat yang mana yang mau kita bahas dalam hal ini. Yang akan kita bahas yaitu tentang dampak gadget terhadap santri pondok pesantren, dan akan diperdalam mengenai dampak gadget bagi santri pondok pesantren ath-thohiriyyah purwokerto. Mengapa demikian?

Pesantren merupakan salah satu lembaga elemen bangsa Indonesia dan sudah mematenkan diri secara integratif menjadi bagian dari budaya bangsa yang bercirikan religius (Zuhriy, 2011:299). Pondok pesantren juga sebuah asrama dimana tempat para santri belajar tentang akhlakul karimah dan ilmu-ilmu agama. Bisa dibilang sebuah lokasi dimana setiap orang-orang dari anak-anak maupun yang sudah beranjang dewasa bahkan orang tua dari berbagai penjuru daerah berkumpul dalam satu lokasi dan mengenyam pendidikan agama dari seorang guru atau kyai atau alim ulama dengan sanad keilmuan yang jelas dan terpercaya.

Pondok pesantren termasuk salah satu lembaga yang tidak bisa mengelak terhadap penetrasi teknologi maupun gadget yang mana semakin hari semakin kuat merambah atau "menjajah" masyarakat. Para santri pondok pesantren, pengurus pondok pesantren, hingga kyai pondok pesantren semua nya pasti memiliki gadget. Bahkan, dikatakan oleh Abdul Matin bin Salman, tidak ada kyai yang tidak memiliki Handphone, demikian juga dengan santrinya (Salman, 2017:14). Meskipun menurut saya sendiri sebagai penulis tidak sedemikian ekstrim dalam menanggapi fenomena tersebut, namun penulis memiliki pandangan bahwa dari pernyataan tersebut memberikan sebuah gambaran bahwa pondok pesantren yang dalam mindset masyarakat adalah sebuah lembaga yang sangat ketat terhadap penggunaan gadget pun tidak bisa mengelak akan kemajuan sebuah ternologi pada era saat ini atau era yang kita sebut era 4.0. Mengapa pondok pesantren tidak bisa mengelak dari pengaruh teknologi informasi?

Pondok pesantren pada masa sekarang ini banyak yang telah menerapkan sistem manajemen informasi pondok pesantren. Seperti hal nya pondok pesantren Ath-thohiriyyah yang akan dibahas penulis pada tulisan ini. Perkembangan tersebut sebenarnya memudah kan santri dalam manajemen pondok pesantren, misalnya dalam penyebaran informasi pondok pesantren dengan masyarakat luar mengenai deskripsi atau gambaran pondok pesantren, kitab-kitab yang di pelajari, data biaya, sampai pada siapa saja pengasuh sampai pada struktur kepengurusan pondok pesantren tersebut bisa di share dengan teknologi berupa gadget. Penulis tertarik untuk mengetahui budaya teknologi di pondok pesantren Ath-thohiriyyah.

Pondok pesantren Ath-thohiriyyah adalah sebuah pesantren yang diasuh seorang ulama yang bernama Abuya K.H Muhammad Thoha 'Alawy Al-Hafidz ada di Karangsalam Kidul Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Pondok pesantren ath-thohiriyyah berdiri pada tanggal 22 desember 1992 dengan melaksanakan peletakan batu pertama oleh Simbah Nyai Hj. Shofiyah Umar dari Solo (kakak perempuan dari Mbah Muhyidin). Pondok pesantren ini termasuk pondok pesantren mitra kampus yaitu UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto (UIN Saizu Purwokerto). Tak heran bahwa pondok pesantren ini 80% santri nya adalah mahasiswa, menurut penuturan salah satu pengurus disana. Pondok pesantren Ath-thohiriyyah masuk kedalam jajaran pondok pesantren mitra yang membolehkan gadget sekaligus pembatasan penggunaan nya. Menurut penuturan salah satu santri putra ath-thohiriyyah, Azhardian Nizar Aruf, pondok pesantren Ath-thohiriyyah menerapkan sistem gadget yang bisa kita sebut sebagai paruh waktu. Dimana penggunaan gadget dimulai dari selepas mengaji subuh (pukul 05.30) sampai dengan menjelang waktu maghrib (pukul 17.30). Ketika mulai memasuki pukul 17.30 sampai dengan 05.30 para santri putra dan putri tidk diperbolehkan memegang gadget kecuali ada kepentingan yang sangat mendesak. Misalnya untuk tugas kuliah ataupun mengabari orang tua terkait keadaan darurat dipondok, soal kesehatan santri misalnya. Azhardian Nizar Aruf juga menuturkan, bahwa penggunaan gadget hanya digunakan untuk kebutuhan penunjang untuk kuliah para santri nya saja, selebihnya mereka fokus untuk mengaji di pondok pesantren. Nah, ini salah satu yang menarik bagi penulis karena jika kita melihat pondok pesantren lain nya yang notabene bermitra dengan UIN Saizu itu, hanya Ath-thohiriyyah yang menerapkan sistem ini.

Salah satu program mengaji dari pondok pesantren Ath-thohiriyyah adalah program tahfidz, sebuah program untuk para santri penghafal al-quran, hal ini juga yang menjadikan Ath-thohiriyyah dijuluki sebagai pondok quran.  Imroatun Syarifah, salah seorang santri putri Ath-thohiriyyah yang mengambil program tahfidz di pondok pesantren Ath-thohiriyyah menuturkan, bahwa penggunaan gadget terutama pada santri tahfidz memberikan dampak yang itu disandarkan tergantung pada si pemakainya. Jika seseorang bisa mengontrol penggunaan gadget yang hanya sesuai kebutuhan saja alias tidak berlebihan maka itu tidak menjadi masalah, akan tetapi jika penggunaan gadget itu sudah melebihi porsi nya bagi seorang santri tahfidz maka bisa menimbulkan dampak buruk. Imroatun Syarifah juga menuturkan dampak dari gadget tidak sepenuhnya buruk. Salah satu dampak baiknya dari penggunaan gadget bagi para santri tahfidz adalah membantu mereka ketika sedang berada diluar pondok pesantren ataupun berada dalam keadaan yang tidak memungkinkan penggunaan al-quran maka gadget hadir melalui aplikasi al-quran yang bisa membantu hafalan para santri tahfidz.

Dengan berbagai aturan maupun ketentuan yang dibuat oleh pondok pesantren tersebut masih ada saja santri yang melanggar aturan yang sudah dibuat tersebut. Pondok pesantren Ath-thohiriyyah menerapkan sanksi yang berat dibandingkan dengan pondok pesantren mitra lain nya. Jika melakukan pelanggaran terkait gadget maka akan disita da menjadi hak milik pondok pesantren. Namun jika dilihat dari yang melakukan pelanggaran tersebut sangat sedikit yang melakukan pelanggaran. Maka memberikan dampak, aturan penggunaan dan pemanfaatan gadget yang ketat memberikan dampak positif terhadap ketaatan santri pondok pesantren Ath-thohiriyyah.

Dari pondok pesantren yang penulis teliti ini dengan penekatan deskripsi kualitatif dan dengan metode wawancara dengan beberapa santri, bahwa santri maupun pengurus bahkan pengasuh pondok pesantren pun mempunyai gadget. Hal ini menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak bisa menghindari perkembangan dari sebuah teknologi, namun dengan catatan penggunaan nya dalam menerima manfaat dengan bijaksana. Karena kemajuan teknologi adalah sebuah  keniscayaan yang itu sudah pasti merambah ke setiap lapisan masyarakat manapun dan lembaga apapun, termasuk dalam hal ini adalah pondok pesantren. Jika nilai-nilai kebaikan dan kebijaksaan sudah melekat pada santri dimana pun dan kapan pun tidak akan terpapar dampak buruk dari penggunaan gadget yang tidak tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun