STUDIUM GENERALEÂ
How to Respond to Modern Challenges : A Perspective from Turkiye
Speaker: Prof. Dr. H.E. Talip Kkcan
Dalam diskusi Studium Generale pada 6 November 2024, Dubes Turki  untuk Indonesia, Prof. Dr. H.E. Talip Kkcan membahas beberapa isu penting dari perspektif Hubungan Internasional (HI), yang menyoroti keterkaitan antara kebijakan domestik dan strategi diplomatik global. Pertama, pembicara menekankan pentingnya akses terhadap pendidikan dan kesetaraan gender sebagai komponen penting untuk pembangunan berkelanjutan, khususnya di wilayah yang kurang beruntung seperti sebagian Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Dengan menggunakan Indonesia dan Turki sebagai contoh, mereka menjelaskan bagaimana negara-negara ini telah mengambil langkah besar untuk memastikan akses pendidikan yang setara bagi anak laki-laki dan perempuan. Di Turki, misalnya, kebijakan telah diadaptasi untuk memastikan semua anak dapat bersekolah. Pendidikan diwajibkan, dan pemerintah telah membentuk sistem untuk mendorong keluarga mengirim anak-anak mereka ke sekolah, sehingga mengurangi ketimpangan pendidikan antar gender. Kebijakan ini mencerminkan perspektif HI yang lebih luas tentang pembangunan manusia, di mana memastikan pendidikan yang setara bagi seluruh masyarakat menjadi prioritas. Peningkatan akses pendidikan bagi perempuan, khususnya, dipandang sebagai cara untuk memberdayakan komunitas dan mendorong stabilitas sosial-ekonomi, yang berdampak luas pada perdamaian dan keamanan regional.
Poin penting lainnya yang dibahas oleh pembicara adalah kebebasan beragama dan integrasi sekularisme dalam pemerintahan. Tamu kehormatan tersebut menekankan bahwa meskipun Turki secara resmi adalah negara sekuler, sekularisme di sana tidak berarti penghapusan agama dari kehidupan publik. Sebaliknya, sekularisme menjunjung tinggi kebebasan beragama, memungkinkan individu untuk mengekspresikan keyakinan mereka secara terbuka tanpa kendala. Di negara-negara di mana Islam memiliki peran budaya yang signifikan, pendekatan Turki ini menjadi contoh model yang menghormati identitas agama sambil menjaga pemisahan antara agama dan negara. Model ini sangat relevan dalam konteks HI, karena mempromosikan toleransi dan koeksistensi, yang sangat penting di dunia yang semakin dipengaruhi oleh konflik berbasis agama. Pembicara mencatat bahwa sains dan agama tidak harus bertentangan; sebaliknya, keduanya dapat hidup berdampingan secara harmonis, yang merupakan nilai yang mendalam dalam tradisi Islam. Pandangan ini relevan secara global karena sekularisme dalam pemerintahan, jika inklusif terhadap keberagaman agama, dapat memperkuat hubungan diplomatik antarnegara dan menumbuhkan rasa saling menghormati di panggung internasional.
Kemudian Beliau membahas tantangan demografi dan pentingnya pelibatan pemuda. Di banyak negara, termasuk Indonesia, populasi muda merupakan peluang sekaligus tantangan. Populasi muda menguntungkan bagi tenaga kerja dan dinamika ekonomi negara; namun, tanpa pendidikan dan pengembangan keterampilan yang memadai, keuntungan ini bisa terbuang. Turki, yang menghadapi tantangan serupa, mendorong keluarga untuk memiliki lebih banyak anak, menganggap populasi yang seimbang sebagai aset. Dengan berinvestasi dalam pemuda melalui pendidikan yang terjangkau dan inklusif, Turki berupaya menciptakan generasi yang akan berkontribusi pada pertumbuhan sosial-ekonomi. Strategi demografi ini memiliki implikasi HI yang signifikan, karena negara yang stabil dan makmur lebih siap untuk terlibat secara konstruktif dengan komunitas internasional. Selain itu, beliau menekankan pentingnya tanggung jawab lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Komitmen Turki untuk mengelola sumber daya dengan bijaksana mencerminkan kesadaran yang lebih luas akan implikasi HI dari perubahan iklim, di mana isu lingkungan semakin dianggap sebagai ancaman lintas negara yang memerlukan solusi kolaboratif. Bagi Turki, yang terletak di dekat zona konflik, stabilitas lingkungan bukan hanya perhatian domestik tetapi juga cara untuk memupuk stabilitas regional, karena kelangkaan sumber daya dapat memperburuk ketegangan. Secara keseluruhan, pandangan Prof. Dr. H.E. Talip Kkcan menggambarkan pendekatan HI yang komprehensif yang mencakup reformasi pendidikan, toleransi beragama, strategi demografi, tanggung jawab lingkungan, dan pelestarian budaya. Kebijakan-kebijakan ini tidak hanya berkontribusi pada stabilitas nasional Turki tetapi juga memperkuat hubungan diplomatik yang lebih erat dan kerja sama berkelanjutan dengan negara-negara lain.
Syarifatunnisa Qothrunnada Salsabila
Rabu, 6 November 2024
Istanbul Hall, Universitas Darussalam Gontor, Ngawi, Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H