Mohon tunggu...
Syarifa Maratul Fajriya
Syarifa Maratul Fajriya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Pendidikan Karakter dalam Kenakalan Remaja

15 Mei 2024   20:15 Diperbarui: 15 Mei 2024   20:46 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kenakalan remaja yang belakangan ini sedang marak diperbincangkan di media merupakan salah satu bentuk kegagalan dalam pembentukan pendidikan karakter seseorang atau suatu kelompok. Perilaku jahat anak -- anak muda yang merupakan patologis secara sosial sangat menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat dan juga melanggar hukum yang ada. Pada dasarnya, kenakalan remaja terjadi sebab lingkungan yang mendukung untuk mereka berbuat hal penyimpangan yang sering melenceng dari pendidikan karakter yang mereka dapatkan. Beberapa anak gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.

Kenakalan -- kenakalan ringan yang sering terjadi di masyarakat contohnya seperti bolos sekolah, berkelahi, kebut -- kebutan, dan lain -- lain, tidak memberikan manfaat sedikitpun bagi mereka pribadi. Selain itu, ada juga beberapa contoh kenakalan remaja yang tidak hanya merugikan diri sendiri, orang lain pun juga ikut merasakan dampaknya. Seperti pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, penyalahgunaan narkoba, seks diluar nikah dan berbagai contoh lainnya. Kenakalan seperti ini memberikan banyak efek buruk dalam lingkungan dan menimbulkan ketakutan atau ketidaknyamanan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kenakalan -- kenakalan tersebut melanggar norma -- norma yang tersebar di masyarakat. Lingkungan tempat mereka tinggal dan berkembang memengaruhi akan jadi seperti apa karakter dan kualitas hidup seseorang. Apabila tinggal di lingkungan yang mendukung melakukan penyimpangan dari hal -- hal yang telah diajarkan, maka kualitas hidupnya tidak akan jauh berbeda dari tempat ia berkembang. Begitu juga sebaliknya, apabila ia tinggal dan berkembang di lingkungan yang sehat dan selalu mengajarkan hal -- hal sesuai norma kehidupan, maka kualitas hidup orang tersebut bisa membuatnya jauh dari kenakalan remaja. Oleh sebab itu, pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk menghasilkan individu yang berkualitas kedepannya.

Pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengajaran materi ke pada siswanya. Upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang dapat berkontribusi terhadap masyarakat dan bangsa juga merupakan salah satu tujuan yang harus dipenuhi guna mencapai tujuan hidup yang efektif. Penerapan pendidikan karakter akan memberikan hasil yang maksimal apabila searah dengan pendidikan keagamaan. Proses pendidikan yang profesional dapat membentuk karakter peserta didiknya. Oleh karena itu, diharapkan sekolah mampu mempertahankan dan mengembangkan nilai -- nilai karakter yang ditanamkan bagi warga sekolah.

Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan sistem penanaman nilai nilai karakter seseorang yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai - nilai tersebut. Pendidikan karakter tidak hanya bisa didapatkan di lingkungan sekolah, peranan dan pola asuh orang tua juga sangat berpengaruh dalam tercapainya tujuan yang diinginkan. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis menjadi faktor utama seorang anak menjadi susah untuk di atur dan sering sekali mengarah ke tindakan kejahatan atau kriminal. Kurangnya dukungan dan perhatian dari orang tua menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Hal ini disebabkan karena seorang anak merasa tempat untuk berpijak dan pegangan hidupnya sudah hilang. Kemudian, pola asuh orang tua yang salah dalam mendidik anak juga bisa menjadi faktor gagalnya penanaman nilai karakter seseorang.

Laki -- laki lebih banyak melakukan tindakan kriminal daripada perempuan. Pengaruh teman sebaya yang tidak sejalan dengan norma bermasyarakat dan norma agama juga menjadi pemicu kenakalan seorang atau sekelompok remaja. Di masa pubertas ini mereka masih sering mencari jati dirinya dengan bergabung ke dalam komunitas -- komunitas yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi. Mereka menganggap hal tersebut wajar dilakukan oleh anak seumuran mereka dengan tujuan memanfaatkan masa muda yang tidak akan datang dua kali. Selain itu, pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial yang memiliki ekonomi lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun