Mohon tunggu...
Cerpen

Arti Sahabat

30 Desember 2016   01:17 Diperbarui: 30 Desember 2016   01:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langkah kaki masih terus berjalan tiada henti-henti tanpa rasa bosan. Ya, siang itu trik sang mentari membakar kulit menyisihkan sejuta semangat demi masa depan. Berbagai macam dari kalangan calon mahasiswa baru Uin Aluddin Makassar Sulawesi Selatan datang dari berbagai pelosok desa maupun kota, ada yang memang asli Makassar Sulawesi selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, bahkan ada yang datang dari Sumenep Jawa Timur, Jakarta, Jawa Barat. Hari terus berlanjut…calon mahasiswa yang dinyatakan lolos dari ujian tersebut kini mulai sibuk mengurus dan mempersiapkan kelengkapan berkas. Dalam hal kelengkapan berkas, sebagai maba masih banyak kesulitan-kesulitan yang menjadi kendala. Proses saling sapa menyapa, bertanya, kenalan dan adapula yang pendiam dan pemalu. Disinilah awal kisah dimulai tentang arti sahabat. Sebagai pendatang yang berasal dari luar Sulawesi, tentu ada perasaan segan apa lagi saat sebelum berangkat banyak cerita atau isu yang menceritakan tentang bagaimana kerasnya orang Sulawesi. setelah hari-hari kulalui ternyata tak seperti apa yang kubayangkan, sangat jauh beda dengan apa yang dikatakan orang yang ada di luar Sulawesi. 

Ya,,,dengan gelar kota Daeng, memang orang SULAWESI begitu keras, akan tetapi saat sopan santun dikedepankan serta budaya mappatabe’ maka kita akan selamat, justru dengan baiknya kita maka dia akan lebih lagi terhadap kita. Namun saat kita memang niat mencari musuh, maka ayam jantan tak segan-segan untuk melayani, hem…baik sih baik tapi setiap orang punya batas kesabaran masing-masing dan ketika sabar tersebut sudah mncapai batas, maka tak ubahnya membangunkan harimau yang sedang tertidur lelap, akan mengaum sekeras-kerasnya… dari pada sirik (sirikna pace). Hari terus bergulir. Para maba sudah melewati seleksi berkas, tes kesehatan, registrasi, dan lain sebagainya. Tibalah saatnya para calon maba untuk diopak, yang akan dibimbing langsung oleh senior, semua maba laki-laki harus taat terhadap aturan, salah satunya adalah dengan mencukur rambut setipis mungkin. Kami sebagai laki-laki yang dulunya pede, tiba-tiba dengan dratisnya langsung berubah. Ya itulah Dias, sebagai pendatang dari luar Sulawesi dan Beberapa hari yang lalu baru saja mengontrak kos-kosan pertahun yang tidak jauh dari kampus. Di pagi hari begitu cerah, berangkatlah Dias kekampus untuk diopak dengan memakai celana panjang kain hitam baju putih dengan kopyah di kepala kalung papan nama, dan tak lupa pula pita berwana cokelat sebagai warna dari jurusan. 

Dias terus berjalan hingga melewati pintu gerbang masuk, Nampak dari kejauhan tertulis dengan besar dan jelas, “SELAMAT DATANG PARA CALON MANUSIA”. Melihat tulisan tersebut dipikiran Dias terlintas”sungguh sadis” dan hatinya bertanya-tanya, berarti selama ini saya belum menjadi manusia atau memang mereka yang menganggap kami belum menjadi manusia. Waktu terus berlanjut,,,,,. Semua calon maba telah berkumpul dan berbaris. Melihat dari kejauhan seorang Dias takut mendekat dan berbaris, karena mengingat Dias sudah terlambat hampir setengah jam. Dengan rasa percaya diri akhirnya Dias memberanikan diri untuk datang merapat, baru berjarak beberapa meter senior sudah melambaikan tangan dengan syarat supaya cepat-cepat datang merapat, Dias bersegera berlari cepat-cepat untuk merapat. Kenapa terlambat?...ujar senior, maaf senior,,, jawab Dias dengan pandangan menunduk dan ketakutan. Apakah kamu ingin bergabung dengan teman-temanmu yang lain?..kalau kamu mau bergabung dan berbaris pusap dulu 20 kali. 

Akhirnya Dias bersegera melaksanakan instruksi senior untuk pusap dan ikut berbaris dengan yang lainnya. Berbagai macam rupa laki-laki dan perempuan berbaris dengan rapi, melihat dan mebaca situasi disekeliling Dias, sebenarnya bukan cuman Dias yang terlambat, namun masih banyak orang lain yang terlambat. banyak macam sanksi diberikan kepada calon maba. mulai dari pusap, jongkok, dan adapula yang disuruh berpuisi maupun orasi. Proses terus berjalan, keringat mulai bercucuran, baju yang dikenakan berubah menjadi kecoklatan. Dias yang duduk santai mengambil kesempatan untuk beristirahat, tiba-tiba ada seseorang datang untuk duduk dan istirahat, tabe’…siapa namata’? ujar penanya!!! ye’ Dias kita iya?..jawab Dias sambil bertanya balik,,,namaku Jalil…singkat cerita, ternyata Jalil ini berasal dari Sulawesi Barat Polewali Mandar, Jalil terkejut dan takjub mengingat Dias sangat lihai dalam berbahasa mandar. 

Dias seorang keturunan mandar, sehinga dalam proses interaksi, Dias begitu cepat menyesuaikan diri karena adanya suatu kesamaan kultur, dan kultur tersebut itulah yang mempertemukan antara Dias dengan jalil. Perbincangan masih terus berlanjut namun, disaat Dias sedang asyik berbincang-bincang dengan Jalil, tiba-tiba!!! Pembicaran langsung terhenti,,, rupanya lagi-lagi senior memanggil mereka untuk segera berkumpul dan berbaris. Setelah semuanya berbaris, para calon maba dibawa kesuatu ruangan, dimana ruangan tersebut, para calon maba diperkenalkan dengan dosen-dosen, pengurus hmj, organisai, maupun senior lain yang ikut terlibar dalam hal kepengurusan. Tidak hanya sampai disini, para maba juga dihibur dengan berbagai macam hiburan. Sungguh banyak cerita dan pengalaman baru yang didapat Dias, padahal itu masil awal opak. Bagaimana dengan hari esok selanjutnya, hingga seterusnya…… cerita ini akan terus berlanjut...sampai DIAS BERTEMU DENGAN SAHABAT-SAHABATNYA... tentunya dalam sebuah cerita selanjutnya di,,, 

‪#‎ARTI_SAHABAT_2‬

‪#‎goresan_syarif‬

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun