Mohon tunggu...
Syarifah Syahirah
Syarifah Syahirah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Remaja yang aktif mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Budaya Jalan Kaki yang Luntur: Mengapa Masyarakat Lebih Memilih Berkendara?

20 Desember 2024   02:00 Diperbarui: 20 Desember 2024   01:59 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Jalan kaki merupakan langkah sederhana yang menyehatkan tubuh sekaligus ramah lingkungan. Namun, di Indonesia khususnya di perkotaan, budaya ini masih tabuh dan masyarakat cenderung lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan transportasi umum untuk menuju tempat yang jaraknya cukup dekat atau bisa dijangkau dengan jalan kaki.

Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab antara lain kurangnya infrastruktur bagi pejalan kaki, trotoar yang rusak dan terkadang dialih fungsi oleh pengusaha ruko atau pedagang di tepi jalan, cuaca panas dan lingkungan penuh polusi, rasa malas, membuang-buang waktu, gengsi, adanya jambret, cat calling, dan pembunuhan terutama di malam hari, kurangnya kesadaran masyarakat, dan ketergantungan pada hal yang lebih instan.

Padahal sebenarnya budaya jalan kaki ini dulunya sudah dijalani oleh masyarakat walau jarak yang harus dilalui sangat jauh dengan jalur yang tidak layak. Dibandingkan jaman dulu, pastinya jumlah pejalan kaki semakin menurun dalam seiring berjalannya waktu. Jalan kaki sendiri merupakan hal yang wajib kita lakukan mini30 menit dalam sehari. Oleh karena itu, untuk kembali menerapkan budaya jalan kaki ini pastinya perlu peran dari pemerintah untuk lebih memperhatikan dan memperbaiki infrastruktur yang ramah bagi pejalan kaki, membuat kebijakan yang mendukung transportasi berkelanjutan, dan menertibkan para pengendara dan pedagang agar tidak menggunakan trotoar sebagai alih fungsi yang meresahkan pejalan kaki.

Peran masyarakat juga sangat penting untuk mengembalikan budaya jalan kaki yang ada di Indonesia ini. Alih-alih menggunakan kendaraan transportasi yang dapat menimbulkan polusi debu yang banyak menimbulkan gas berbahaya dan menggunakan banyak bahan bakar fosil, jalan kaki lebih ramah lingkungan dan menghemat pengeluaran harian.

Dengan adanya budaya jalan kaki, kita bisa merasakan langsung manfaat bagi kesehatan, seperti meningkatkan kebugaran, mengurangi risiko penyakit jantung, dan menjaga berat badan tubuh agar lebih ideal. Berjalan kaki juga memberi kita kesempatan untuk lebih terhubung dan memperhatikan lingkungan sekitar. Jika Anda khawatir jalan kaki dapat membuat Anda terlambat ke lokasi tujuan atau masalah kondisi cuaca yang kurang nyaman, maka kalian bisa memilih untuk mulai berjalan kaki di pagi atau sore hari. Selain mengurangi polusi dan terhindar dari macet, langkah ini dapat membuat kalian lebih produktif dan disiplin.

Kesimpulannya, budaya jalan kaki yang kurang berkembang di Indonesia merupakan hasil dari adanya berbagai faktor. Namun, dengan adanya perbaikan infrastruktur, peningkatan kesadaran masyarakat sekitar, dan adanya kebijakan yang mendukung mobilitas berkelanjutan, Indonesia pasti bisa mengembangkan kembali budaya jalan kaki yang lebih sehat di masa depan. Tidak hanya untuk kesehatan tubuh, tetapi juga penting untuk kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang. Saatnya kita memulai langkah kecil yang mewujudkan perubahan besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun