Sebuah gedung berukuran besar berwarna putih siap menyapa setiap orang yang masuk ke dalam area kampus di daerah Setiabudi Bandung. Jendela-jendela menghiasi tiap sisi bangunan yang berbentuk unik dan kental dengan sentuhan Belanda ini. Taman dan kolam terbentuk kokoh di bagian depan dan belakang gedung ini, layaknya para pengawal yang selalu sigap menjaga gedung. Tak disangka, di balik kemewahan bangunan ini, terdapat kisah menyedihkan di dalamnya.
Bangunan ini pada awalnya berfungsi sebagai villa. Dibangun pada zaman pemerintahan Belanda pada tahun 1933. Pemiliknya adalah seorang keturunan Belanda kaya raya, bernama Dominique Willem Berretty. Kesuksesannya dalam bidang percetakan koran, membuatnya dijuluki sebagai "Raja Media Cetak". Kekayaan Dominique yang luar biasa dapat dilihat dari pembangunan Isola yang mengeluarkan biaya sebesar 250 miliar pada saat ini. Namun, kekayaannya menimbulkan kecurigaan dari pihak Belanda, pasalnya Isola dibangun pada saat perekonomian Belanda sedang dalam masa kritis. Hal ini dijadikan bukti bahwa Dominique memiliki kedekatan dengan pihak Jepang yang merupakan musuh besar Belanda.
Selain karena rumor sebagai mata-mata Jepang, Dominique juga memiliki rumor negatif lain, yaitu gaya hidupnya yang sering bergonta-ganti pasangan. Ia semakin dibenci pihak Belanda karena sempat memperistri anak perempuan dari salah satu pejabat Belanda. Tekanan dari pemerintahan Belanda membuat Dominique merasa kesulitan, hingga akhirnya sering mengasingkan diri di villa Isola. Di dalam bangunan ada tulisan M'isolo E Vivo (saya mengasingkan diri untuk bertahan hidup). Sayangnya, bangunan megah Isola miliknya hanya bisa ditinggali selama setahun. Dominique meninggal pada tahun 1934 karena pesawat yang ditumpanginya saat kembali dari Belanda ke Indonesia jatuh, namun penyebab jatuhnya pesawat tersebut masih menjadi perdebatan. Dominique memiliki seorang anak perempuan bernama Annie. Konon, sampai sekarang arwah Annie sering berdiri di depan jendela atas Isola untuk menunggu kepulangan sang ayah.Â
Kini, setelah sempat menjadi markas Jepang, Isola kemudian menjadi bagian dari Universitas Pendidikan Indonesia dan beralih fungsi menjadi gedung rektorat. Tulisan M'isolo E Vivo juga telah diganti menjadi Bumi Siliwangi. Meski fungsinya telah berubah, sejarah dan misteri dari gedung Isola tetap dapat terasa hingga sekarang.
(Penulis: Syarifah Nur Amanah)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H