SYARIFAH JEIHAN ANASTASYA UMARI / 191241157
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Komunikasi antara tenaga kesehatan masyarakat dengan masyarakat harus terus dibangun untuk mencegah penyakit penyakit yang tidak diinginkan. Komunikasi memiliki peran yang sangat penting karena dengan itu para tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat mencegah dan mengatasi penyakit penyakit yang ada. Demam berdarah menjadi salah satu penyakit yang umum terjadi di Indonesia, hal ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang memiliki iklim tropis. Iklim tropis membuat Indonesia memiliki 2 musim yaitu kemarau dan hujan. Musim hujan inilah yang biasa menjadi momentum penyakit demam berdarah.
Nyamuk Aedes aegypti terkhususnya yang betina merupakan penyebab dan vektor dari penyakit demam berdarah ini. Nyamuk ini memiliki kecenderungan untuk bertelur di tempat yang gelap dan lembab. Faktanya, setelah menghisap darah, nyamuk betina ini dapat menghasilkan 100 hingga 200 telur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangiakan nyamuk Aedes aegypti sangatlah cepat, ini membuat para masyarakat harus terus menerus waspada dengan lingkungan sekitarnya terkait nyamuk ini.
Sayangnya, masyarakat masih menganggap ini adalah penyakit kecil dan remeh. Padahal jika tidak dilakukan penanganan yang tepat maka akan terjadi kejadian yang fatal. Maka dari itu, dibutuhkan program edukasi masyarakat dengan tujuan memberi pemahaman yang spesifik terkait demam berdarah ini. Para tenaga kesehatan masyarakat dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat atau bahkan di skala yang lebih kecil lagi, seperti organisasi PKK sehingga lebih spesifik dan sesuai dengan sasaran.
Jika tenaga kesehatan bekerja sama dengan organisasi PKK, mereka dapat mengajarkan beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan di rumah untuk mencegah nyamuk berkembang biak dengan lebih banyak lagi. Edukasi ini dapat dilakukan dengan praktik secara langsung. Mulai dari memeriksa penampungan air secara berkala, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman penangkal nyamuk, memperbaiki talang air yang sedang tersumbat, menggunakan larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dikuras, dan masih banyak lagi.
Selain itu tenaga kesehatan masyarakat dapat menjadwalkan fogging dengan rutin di tempat tempat yang menjadi sasaran edukasi, jadwal yang spesifik harus direncanakan karena fogging sendiri tidak boleh dilakukan terlalu sering. Jika dilakukan terlalu sering maka nyamuk di lingkungan sekitar tersebut akan kebal dengan racun yang diberikan. Tindakan fogging merupakan tindakan tambahan dari bukan bagian dari pencegahan. Semaksimal apapun fogging dilakukan tetapi masyarakat tidak melakukan pola hidup sehat, membiarkan air menggenang maka hasilnya pun tidak akan maksimal.
Pada akhirnya, tenaga kesehatan masyarakat hanya bisa semaksimal mungkin mengedukasi dan berkomunikasi secara berkala. Harapannya, masyarakat memiliki kesadaran masing masing setelah di edukasi. Karena pencegahan nyamuk Aedes aegypti ini tidak dilakukan hanya satu hari dua hari tetapi memang harus menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat itu sendiri. Semakin sering masyarakat membiasakan pola hidup sehat dan tindakan 3M ( menguras, menutup, dan mengubur ) maka semakin kecil kemungkinan masyarakat terjangkit penyakit DBD
" KATA KUNCIÂ : Edukasi, Komunikasi, Praktik "
DAFTAR PUSTAKA