Ilmu falak dikatakan mulai memasuki indonesia berdekatan dengan masuknya islam ke indonesia. Dalam pengamatan sejarah islam di indonesia menurut Karel A. Steenbrink, dibagi menjadi dua periode, yang pertama periode masuknya islam ke indonesia, yang kedua periode zaman revolusi abad ke-20.
Awal mula perkembangan ilmu falak bermula pada saat diadopsinya sistem penanggalan hijriah ke dalam penanggalan jawa yang dilakukan oleh sultan agung. Sultan agung mulai menyebarkan agama islam di pulau jawa pada tahun 1625 Masehi, mula saat itu kalender jawa versi mataram menggunakan sistem qamariah dan lunar.
Perkembangan modern ilmu falak di indonesia di awali dengan ditandainya penulisan kitab ilmu falak yang ditulis para ulama ahli falak indonesia. Seiring kembalinya para ulama yang telah mempelajari ilmu falak di mekah dan mereka memberikan ilmu yang mereka pelajari kepada murid mereka di tanah air dan ada juga yang berdakwah ke daerah-daerah baru.
Pada tahun 1896 Syekh Abdurrahman bin ahmad al-misri datang ke jakarta membawa zaj (tabel astronomi) dan di ajarkan kepada para ulama muda yang ada di indonesia. Salah satu orang yang dia ajari adalah ahmad dahlan, ia merupakan orang semarang yang tinggal di termas. Ahmad dahlah mulai menulis buku tentang ilmu falak yang berjudul "tadzkiratul Ikhwan fi Ba'dli Tawarikbi wal a'malil Falakiyati bi Semarang" yang selesai ditulis pada 21 september 1903.
Seorang murid Habib Usman yang bernama Muhammad Mansur membukukan ajaran beliau kedalam kitab "Sullaman Nayyirain fi Ma'rifati wal kusufain" yang di cetak pada tahun 1925 H oleh percetakan borobudur Betavia. Buku ini dibagi menjadi tiga risalah; yang pertama menjelaskan tentang perhitungan ijtima', irtifa' hilal, dan umur hilal, yang kedua menjelaskan tentang perhitungan gerhana bulan dan yang ketiga menjelaskan tentang perhitungan gerhana matahari.
Di sumatera juga terdapat ahlu falak, diantaranya adalah Tahir Djalaluddin dengan karnya, sebuah buku yang berjudul "Pati kiraan" dan juga ada Djamil Djambek yang memili buku berjudul "Almanak Jamiliyah". Dengan itu mereka lah yang mulai mengembangkan ilmu falak di indonesia dengan buku-buku tersebut. Buku-buku ilmu falak pada umumnya menggunakan tabel astronomi ulugh bek as-samarkandi, dan juga perhotungannya tidak menggunakan segitiga bola, tetapi menggunakan perhitungan biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H