Mohon tunggu...
Syarifah Aulia
Syarifah Aulia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Misteri Rezeki

29 Juni 2018   16:37 Diperbarui: 29 Juni 2018   16:41 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Rezeki banyak orang berpresepsi berbeda pengertian, dalam garis besar menjadi 2 golongan yaitu golongan pertama mempunyai presepsi untuk memperoleh rezeki harus bekerja, semakin rajin, giat, rajin, atau semakin kerja keras maka rezeki yang diperoleh akan semakin besar, sebaliknya, semakin malas,sedikit bekerja, maka akan berkurang jumlah rezeki yang diperolehnya. 

Namun juga ada sekelompok lain lagi yang memahami bahwa setiap orang mempunyai bagian rezekinnya masing-masing. bilamana bagian dari rezekinya banyak maka rezekinya akan banyak, sebaliknya bila memang rizekinya bekerja keras bagaimanapun rezekinya juga tidak akan banyak. orang yang sepaham dengan konsep ini akan berpendapat bahwa pekerjaan itu bukan penentu jumlah rezeki yang didapat dan bersifat sebagai bersifat sebagi pintu pembuka rezeki,

Dari Abu Hurairah ra berkata: "rasulullah Saw bersabda "Allah swt berfirman "Aku menurut prasangka hambaku, dan aku bersamanya ketika ia mengingatku jika ia mengingatku dalam dirinya maka aku mengingatnya di diriku, jika ia mendekat kepadaku sejengkal, maka aku akan mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepadaku sehasta maka aku akan mendekat kepadanya sedepa, jika ia mendekat kepadaku berjalan maka aku akan mendekat kepadanya sambil berlari kecil.

Dari hadist tersebut dapat diketahui bahwa bilamana seseorang mempunyai keyakinan yang kuat kalau datang rezeki harus dengan kerja keras, maka datangnya reseki pasti harus dengan kerja keras, sebaliknya, bilamana ada orang yang yakin datangnya rezeki sedah diatur, maka pekerjaan yang dilakukan hanya menjadi perantara datangnya rezeki. niat mereka bekerja semata mata karena mereka ingin berbuat baik kepada orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun