Mohon tunggu...
syarif ridwan
syarif ridwan Mohon Tunggu... Guru - Lahir di Kab. Maros, Sulawesi Selatan, tahun 1969. Usai menamatkan pendidikan di PonPes Darul Arqam Gombara, Makassar pada 1988. Menetap di Jakarta sejak tahun 88 hingga 2013. Kini menetap di Kab. Serang setelah tinggal di Kab. Tangerang hingga 2013.

Lahir di Makassar 1969. Pest. Darul Arqam 88, LIPIA 93. Kini menetap di Kab. Serang, setelah tinggal beberapa tahun lamanya di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Nama Asli Vs Identitas Palsu

17 Oktober 2009   12:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:35 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_21727" align="alignright" width="288" caption="photofunia"][/caption]

Satu hal di Kompasiana yang sampai sekarang masih jadi polemik adalah penggunaan nama samaran atau identitas palsu. Sejumlah rekan blogger hingga saat ini belum bisa menerima kehadiran mereka yang bergabung di blog ini, khususnya rekan-rekan yang bersembunyi dibalik nama-nama yang terkadang aneh; wong pinter, njoy aja, dudaitem, bungakamboja, botol, daging kuda hingga nama lain yang terkadang lucu dan aneh. Saya sendiri bahkan terkadang senyum sendiri dan bertanya dalam hati saat membaca nama-nama aneh itu, "Kok bisa-bisanya mereka nemu nama aneh dan unik seperti itu, ya?!".

Nama-nama aneh dan unik diatas hampir seluruhnya berada pada satu kubu yang sama; sebagai komentator, dan nyaris tidak ada yang menggunakan nama palsu sebagai penulis kecuali beberapa orang. Mereka ini; pengguna identitas palsu tersebut memberi warna tersendiri bagi blog ini dengan argumentasi dan tanggapan yang sangat tajam bahkan kadang menohok. Apalagi tidak adanya larangan dari pihak mengelola penggunaan nama palsu bila hanya ingin berkomentar. Yang saya pahami bahwa penggunaan nama dan identitas asli hanya berlaku bagi para penulis, tidak bagi para komentator.

Ada beberapa alasan dikemukakan sejumlah rekan blogger mengapa mereka tidak setuju dan menolak penggunaan nama palsu atau anonym di blog ini. Antara lain karena munculnya berbagai komentar dan tanggapan terhadap sebuah tulisan berisi kata-kata kotor bin jorok, hujatan, makian dan penghinaan terhadap symbol agama tertentu. Tagline Admin Kompasiana “Mohon tidak mempertentangkan SARA, memfitnah atau mendiskreditkan orang/lembaga, pornografiâ€Â, rupanya tidak berlaku. Rambu-rambu ini diterabas begitu saja. Saya rasa tidak perlu mengkopipaste kalimat-kalimat tidak pantas tersebut, karena bersilewaran sangat banyak di sejumlah postingan.

Salah satu tulisan Pak Budiman Hakim bahkan secara khusus memposisikan para pengguna identitas palsu itu sebagai PENGECUT melalui tulisannya disini: http://budimanhakim.kompasiana.com/?p=278. “Mereka tidak lebih dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, lempar batu sembunyi tangan, sakit psikis, munafik, hanya ngumpet di dalam lemariâ€Â, dan berbagai predikat yang diberikan sejumlah rekan blogger bagi pengguna identitas palsu itu. Karena itu mereka “Tidak akan pernah berani datang saat kopdarâ€Â, kata rekan lain.

Saya kira tidak semua rekan pemilik identitas palsu itu kerap melontarkan kata-kata kotor atau menghujat apalagi memiliki tipikal pengecut yang komentarnya hanya sekedar ‘bunyi nyaring tiada isi’ dan merasa aman bersembunyi di balik identitas palsu mereka. Saya juga menikmati komentar dan tanggapan yang berasal dari mereka yang terkadang sangat informatif dan bergizi. Bahkan di antara kita pun ada yang suka dengan karakter seperti itu; berkomentar tanpa tedeng aling-aling, bahkan menyerang dengan argumentasi tajam membuat sebuah tulisan semakin berwarna.

Ada alasan tersendiri mengapa sejumlah rekan menggunakan identitas palsu. Antara lain dengan alasan berikut ini:

1-Untuk menghindari kesan adanya jarak karena factor usia maupun status social.

2-Menghilangkan rasa sungkan atau merendahkan salah satu pihak karena factor akademik atau jabatan.

3-Bisa lebih leluasa berkomentar.

4-Nama asli tetap terjaga bila ada yang memaki atau menghina

5-Apalah arti sebuah nama, yang penting komentar

Bagi Anda yang menggunakan identitas palsu, silahkan ditambahkan alasannya, ya!

Sementara itu, seorang komentator aktif bernama Enjoy aja memberikan saran sebagai solusi berikut ini:

1-Punya niat baik dalam berkomentar. Nama samaran gak masalah.

2-Berpeganglah pada etika seperti sedang bertamu di rumah orang.

3-Jika mau mendebat tidak perlu emosional dan tidak sopan.

4-Jika debatnya panjang silakan bikin postingan tersendiri.

5-Jangan berkomentar atas dasar iseng-iseng dan ingin mengejek.

Apakah solusi yang dikemukakan bung enjoy aja dapat diterima? Terserah Anda semua.

Lalu, bagaimana dengan Anda, pemilik nama asli?

Munculnya komentar dan tanggapan miring atau bahkan menghujat tetap tidak bisa dilepaskan dari tulisan-tulisan yang terkadang controversial dan sengaja memancing perdebatan, khususnya terkait dengan masalah SARA dan pornografi. Disini berlaku hukum aksi reaksi. Sebagaimana yang pernah ditulis pada salah satu postingan Bung Andy Syoekri Amal disini: http://public.kompasiana.com/2009/09/12/rumah-sehat-kompasiana-makin-sakit-kembali-ke-laptop%E2%80%A6/

Karena itu menurut hemat saya, perlu telaah mendalam sebelum posting sebuah tulisan khususnya yang bertemakan agama, sesuatu yang sangat sensitive bila diangkat kepermukaan. Dibutuhkan kompetensi khusus dan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan agar dapat memberikan jawaban yang memuaskan, atau setidaknya tidak membingungkan bagi para pembaca serta mampu menjadi penengah yang baik bila muncul komentar-komentar yang tidak beretika.

Kita tahu bersama bahwa perdebatan yang bersumber dari keyakinan dan dasar berpijak yang berbeda nyaris tidak pernah bertemu pada satu titik, dan blog ini pun bukan fasilitas yang representative untuk saling memperdebatkan agama. Mungkin lebih baik bila yang ingin memperdebatkannya sepakat untuk bertemu muka di suatu tempat. Bila pun tetap adu argumentasi di blog ini, tetaplah santun dan beretika.

Apakah pengguna identitas palsu masih akan tetap eksis pasca Ultah Pertama Kompasiana dan peluncuran The New Kompasiana pada tanggal 22 Oktober nanti? Dan apakah mereka yang selama ini turut meramaikan dan memberi warna bagi blog ini berani hadir lengkap dengan atribut palsu mereka? Kita ingin melihat bagaimana rupa duda item, putra petir, botol dan daging kuda, hehehe...aya2waelâ€Â.

Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun