Ada banyak kejadian kecil dan tak terduga terjadi disekitar kita namun sanggup menggugah emosi dan perasaan kita yang paling dalam. Sesuatu yang justru tidak kita dapatkan pada sekian banyak kejadian dan persitiwa yang bersentuhan secara langsung dengan kita. Misalnya, adakalanya kita mendengarkan nasehat agama disampaikan seorang ustadz, ulama, penceramah atau apapun namanya, namun kelimat yang disampaikan hanya sampai di telinga dan tak mampu menyentuh relung hati apalagi menggugan jiwa. Entahlah, apakah nasehat yang mengandung kebaikan itu memang hanya bersumber dari lisan, ataukah hati kita yang ketika itu tidak atau belum siap menerima nasehat kebenaran yang disampaikan.
Apa yang saya alami beberapa hari lalu di bulan Ramadhan ini saat terdampar di blog Pak Budiman Hakim:Â http://bikaambon.multiply.com/reviews/item/17 , mungkin sebuah kejadian kecil yang juga dialami banyak orang yang menjelajahi blog tersebut. Namun, kejadian tersebut justru berubah menjadi sebuah pengalaman spiritual tak terlupakan saat membaca sebuah postingan yang Pak Budiman peroleh dari majalah sastra HORISON, tulisan penyair Taufik Ismail tentang Krismansyah Rahadi, atau yang kita kenal dengan (almarhum) Chrisye berjudul, "Ketika Mulut Tak Lagi Berkata."
Dan mulailah saya membaca tulisan sang penyair, perlahan agar tak terlewat satu kata pun gores tangan beliau tentang sepenggal perjalanan hidup Mas Chrisye. Dan sungguh, air mata saya tak terbendung saat sampai pada tulisan, "…. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali…" Apakah gerangan yang membuat Chrisye menangis dan menangis, dan tak sanggup menyanyikan lagu yang liriknya ditulis oleh Bapak Taufik Abdullah itu?"
Bapak Taufik Ismail menulis, "Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye, Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), Chrisye bertutur, "Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu.
Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata. Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya. "Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65..." kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya.Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!"
Adapun lirik lagu tersebut yang ditulisakan oleh Pak Taufik Islam bersumber dari surat Yasin ayat 65 yang artinya, "Dan pada hari ini Kami tutup mulut-mulut mereka; lalu berkatalah kepada Kami tangan mereka, dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan". Penghayatan paling dalam atas makna ayat inilah sesungguhnya yang membuat Chrisye tak sanggup, bahkan seakan dilumpuhkan oleh lagunya sendiri.
Kita mungkin akan segera mengenang kembali dosa-dosa yang telah kita perbuat dan bagaimana kelak harus mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah Azza wa Jalla pada hari dimana mulut-mulut kita ditutup, lalu tangan dan kaki yang berkata dan menjadi saksi atas segala yang telah kita perbuat.
Saya kembali menyetel lagu Chrisye "Ketika Tangan dan Kaki Berkata" yang telah saya unduh dari Youtube. Dan kembali air mata mengalir mengiringi alunan suara lembut Chrisye:
Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba
Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya.... sempurna
Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu yang hina
Terima kasih Pak Budiman Hakim, Terima kasih Pak Taufik Ismail, selamat Jalan Mas Chrisye, semoga engkau bahagia di sisi-Nya. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H