Mohon tunggu...
syarif ridwan
syarif ridwan Mohon Tunggu... Guru - Lahir di Kab. Maros, Sulawesi Selatan, tahun 1969. Usai menamatkan pendidikan di PonPes Darul Arqam Gombara, Makassar pada 1988. Menetap di Jakarta sejak tahun 88 hingga 2013. Kini menetap di Kab. Serang setelah tinggal di Kab. Tangerang hingga 2013.

Lahir di Makassar 1969. Pest. Darul Arqam 88, LIPIA 93. Kini menetap di Kab. Serang, setelah tinggal beberapa tahun lamanya di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Andai Noordin M Top Tertangkap Hidup-hidup

12 Agustus 2009   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:50 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Drama pengepungan yang dilakukan puluhan anggota militer Densus 88 pada sebuah rumah yang dianggap sebagai sarang teroris di wilayah Temanggung, Jawa Tengah berakhir sudah. Penghuni rumah yang ternyata hanya seorang diri ditemukan tewas bersimbah darah, mati mengenaskan di dalam toilet tempatnya bersembunyi. Manakah kawannya yang lain yang diduga berjumlah beberapa orang? Masyarakat tentu menginginkan jumlah teroris yang terbunuh itu lebih dari satu. Bahkan semakian banyak semakin bagus agar jumlah mereka semakin berkurang. Selain bahwa pengepungan yang terjadi ketika itu bisa tampak lebih seru karena adanya perlawanan dari pihak teroris. Ternyata tidak demikian.

Anggota Densus 88 yang berjumlah puluhan orang itu mungkin juga terkejut saat menyaksikan bahwa korban mereka ternyata hanya satu orang saja. Satu orang melawan puluhan anggota militer bersenjata lengkap, tentu hasilnya tidak seimbang. Begitu mungkin pikiran yang muncul dalam benak kita.  Walau ternyata cara kerja militer semisal dalam kasus pengepungan seperti itu adalah sebuah prosedur yang harus dilakukan, walau terkadang tidak dimengerti oleh masyarakat. Antisipasi jatuhnya korban jauh lebih utama daripada melumpuhkan lawan lalu menangkapnya hidup-hidup. Cara seperti ini tentu tidak mudah dilakukan dan penuh resiko. Sementara militer kita lebih memilih untuk meminimalisir resiko hingga titik paling rendah.

Namun bila kita ingin berandai-andai, bila saja Noordin M Top dapat ditangkap hidup-hidup, niscaya akan memberikan banyak keuntungan bagi pemerintah Indonesia serta apresiasi tinggi dari Negara lain. Setidaknya dengan sejumlah keuntungan berikut ini:

Pertama: menyingkap alasan paling mendasar menjadikan Indonesia sebagai target utama pemboman

Kedua: menyingkap doktrin yang mendorong dia melakukan teror dan bom bunuh diri.

Ketiga: peluang menelusuri dan menghabisi jaringan teroris internasional semakin terbuka lebar.

Keempat: pemeliharaan stabilitas dalam negeri menjadi lebih baik.

"Silahkan yang mau nambahin…."

Inilah sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh pemerintah Indonesia khususnya apabila Noordin M Top dapat tertangkap hidup-hidup. Apalagi hasil DNA teroris yang terbunuh di Temanggung itu dipastikan bukan Noordin M Top. Sehingga peluang tersebut masih sangat terbuka lebar. Tapi itupun bila Noordin M Top mau buka-bukaan saat diinterogasi. Mungkin perlu bagi pemerintah menjanjikan hadiah besar bagi masyarakat luas bila berhasil memberikan informasi tentang gembong teroris ini, atau bagi siapa pun yang menangkapnya hidup-hidup.

Dimanakah Noordin M Top kini berada? Begitu licinkah hingga selalu mampu melepaskan diri dari target penangkapan? Noordin M Top mungkin akan berkata, "Kejarlah daku, takkan mungkin aku tertangkap".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun