Mohon tunggu...
syarif ridwan
syarif ridwan Mohon Tunggu... Guru - Lahir di Kab. Maros, Sulawesi Selatan, tahun 1969. Usai menamatkan pendidikan di PonPes Darul Arqam Gombara, Makassar pada 1988. Menetap di Jakarta sejak tahun 88 hingga 2013. Kini menetap di Kab. Serang setelah tinggal di Kab. Tangerang hingga 2013.

Lahir di Makassar 1969. Pest. Darul Arqam 88, LIPIA 93. Kini menetap di Kab. Serang, setelah tinggal beberapa tahun lamanya di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

3 Kelemahan Mendasar Partai Islam

10 Agustus 2009   01:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:51 2019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ditengah perolehan suara yang menurun drastis pada Pemilu 2009 lalu, bahkan di antaranya tidak mencapai ambang batas 2,5% dan akhirnya menjadi bagian dari catatan sejarah multi partai di Indonesia, sejumlah Parpol Islam kini mengalami kegamangan atas peluang eksistensi mereka hingga pemilu 2014 nanti. Beberapa kalangan bahkan menilai, bahwa Parpol Islam –Ideologi atau basis massa Islam- yang saat ini masih bertahan dan berada di level menengah (PPP, PKB, PKS, dan PAN) akan semakin melemah, stag dan kemungkinan runtuh bila tidak segera melakukan pembenahan dan konsolidasi internal.

Sementara pada saat yang sama, sejumlah partai nasionalis semakin berkibar. Demokrat dengan figur SBY yang kian mendapatkan tempat di hati masyarakat, Golkar yang kini berusaha menampilkan kaum muda pada jajaran elit dengan mendukung langkah Yudi Krisnandi maju sebagai calon ketua umum, atau PDIP yang kemungkinan masih akan berada di luar ring kekuasaan, atau sebagai partai oposisi agar tetap lekat sebagai pembela Wong Cilik. Sementara Hanura dan Gerindra kemungkinan besar takkan bertahan lama hingga pemilu nanti. Kecuali bila figur Prabowo dan Wiranto semakin mengakar disertai limpahan dana besar.

Bila partai-partai nasionalis tetap tenang melenggang dan terlihat cukup mampu menetralisir sejumlah konflik internal yang muncul di permukaan, maka kisruh yang terjadi dalam tubuh sejumlah partai Islam hingga kini belum juga terselesaikan. Lihat saja konflik panas antara Gusdur dan Muhaimin Iskandar yang nota bene adalah keluarga besar. Antara Bachtiar Chamsah dan Suryadarma Ali yang masing-masing memiliki gerbong besar di PPP. Atau antara Amin Rais dan Soetrisno Bachir di PAN yang juga memiliki pengikut fanatik.

Bagaimana dengan PKS? Memang pernah ditengarai oleh sejumlah media adanya dua kubu yang terkesan saling bertolak belakang khususnya sebelum pilpres digelar, yaitu kubu Presiden partai, Tifatul Sembiring dan kubu Sekjen, Anis Matta. Namun selanjutnya perseteruan kedua kubu seakan telah padam dan tak terdengar lagi adanya kisruh yang kian meruncing hingga saat ini.

Adapun 3 kelemahan yang secara umum terdapat dalam tubuh Parpol Islam adalah:

Pertama: Tidak memiliki figur yang kuat.

Ketiadaan figur dan tokoh yang dapat dijadikan sebagai teladan, referensi dan perekat seluruh elemen yang terdapat dalam tubuh partai adalah kelemahan mendasar pertama .  Elit Parpol Islam mungkin perlu belajar dari Demokrat dan PDIP yang masing-masing memiliki figure sangat kuat yang terkadang menjelma sebagai sistim. Namun kekuatan tersebut sekaligus menjadi titik paling rawan bagi kedua partai ini. Sementara Golkar, walau tak memiliki figur semacam Megawati dan SBY, namun di dalamnya terdapat banyak tokoh sentral yang tampak dapat saling bekerjasama.

Bagaimana dengan PKB yang pernah memiliki Gusdur dan PAN yang membesar karena figur sang tokoh reformasi, Amin Rais? Sepeniggal mereka tak muncul tokoh yang dapat menyamai reputasinya. Sementara di PPP, tak ada tokoh dan figur menonjol disana setelah ditinggalkan oleh Hamzah Haz.

Kedua: Mesin Politik yang tidak Mumpuni.

Sistim kaderisasi mutlak diperlukan untuk menciptakan kader-kader militan yang memiliki afiliasi kuat terhadap partai. Rela berjuang, bekerja dan berkorban untuk membesarkan partai dimana ia berada. Yang mungkin agak sulit dilakukan adalah, menciptakan formula yang cocok dan tepat agar sistim itu bekerja sesuai rencana dan target yang diinginkan. Bila sistim kaderisasi tidak berjalan baik, maka jangan terlalu berharap lahir kader-kader militan yang sanggup bekerja tanpa pamrih. Mereka bahkan mungkin akan loncat pagar laksana bajing untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik sebagaimana terjadi pada sejumlah kader partai.

Ketiga: Rendahnya kepedulian terhadap rakyat.

Apa yang paling diharapkan oleh masyarakat setelah mereka merasa telah menyalurkan aspirasi dan dukungannya kepada partai yang mereka anggap tepat dan mampu memenuhi harapan-harapan mereka? Sebenarnya tidak terlalu banyak yang mereka inginkan, kecuali bahwa partai pilihan mereka itu terlihat care terhadap masalah-masalah social, turun membantu rakyat miskin melalui bakti social (Baksos), atau usaha-usaha yang lebih riil sebagai wujud kepedulian terhadap mereka.

Tiga kelemahan inilah yang secara umum terdapat dalam tubuh partai Islam, yang semoga saja menjadi renungan bagi para elit partainya agar segera melakukan konsolidasi dan pembenahan internal agar tetap eksis. Karena umat tentu masih sangat merindukan partai Islam tetap eksis dan menjadi wadah aspirasi yang tepat bagi mereka. Wallahu a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun