Pada bagian pertama dari rencana tiga tulisan tentang Eksistensi Parpol Islam, saya telah membahas tentang urgensi kehadiran seorang tokoh nasional pada sebuah Partai Islam, yang dibesarkan oleh partai tersebut dan dapat diterima dengan baik di tengah masyarkat karena sisi kenegarawanan yang ia miliki, peran serta kontribusinya bagi umat secara luas. Pada tulisan kedua ini, pilar penting yang juga mesti dimiliki oleh Partai Islam adalah:
Membangun Soliditas Internal.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa sebagian besar partai pada pemilu lalu, termasuk di dalamnya Partai Islam, melakukan rekrutemen massif di kalangan publik figur, artis atau tokoh terkenal, yang dengan nama yang disandangnya diharapkan mampu memperkuat basis partai, sekaligus sebagai magnet yang mampu menarik massa dalam jumlah besar. Buktinya, ada yang berhasil dan ada pula yang tidak. Sebuah pertanyaan besar akhirnya muncul, "Apakah rekrutmen kader bari kalangan publik figur, artis atau tokoh nasional sekalipun, mampu mempertahankan eksistensi partai tersebut untuk jangka waktu yang lama? Ataukah para publik itu tetap eksis dan menanggung untung, sementara partai Islam yang merekrutnya akan buntung dan jatuh nelangsa. Semoga ini tidak terjadi.
Namun bagaimanakah kiranya supaya para kader instan itu tetap bertahan dan mampu memberi kontribusi maksimal bagi partainya? Ini juga bukan persoalan yang mudah. Jamak kita dengar adanya politisi ibarat bajing loncat dari satu partai ke partai lainnya dengan berbagai macam alasan. Jangankan para publik figur tersebut yang berlaku demikian. Mereka yang bahkan 'bangkotan' pada sebuah partai, atau bahkan mereka yang pada awalnya turut mendirikan dan membesarkan partai tersebut akhirnya balik kanan bila aspirasinya tidak diakomodasi, munculnya konflik pribadi atau karena faktor lain. Inilah kelemahan yang terdapat dalam tubuh Partai Islam; ketidakmampuan membangun soliditas internal, kebersamaan dan militansi yang kuat, khususnya di kalangan elit partai.
Apa yang terjadai di PKB, PPP, PBR dan juga PAN walau relatif lebih ringan menggambarkan sebuah kenyataan pahit di tengah umat ini, bahwa tokoh-tokoh partai Islam tersebut sangat sulit disatukan. Alih-alih menyatukan persepsi atau sekedar membangun komunikasi lintas Parpol Islam, secara internal pun mereka mengalami kerapuhan dan kesulitan membangun kebersamaan. Hingga saat ini, Partai Islam yang relatif aman dari kisruh internal adalah PKS, dan wajar saja bila Partai Islam lainnya dapat belajar dari PKS bagaimana membangun soliditas internal dan militansi kader yang menjadi ciri kekuatan tersendiri bagi partai ini untuk meraih kemenangan dakwah pada masa-masa yang akan datang.
Membangun Soliditas Internal adalah PR bagi seluruh partai Islam untuk tetap mempertahankan eksistensinya. Karena itu diperlukan kesatuan visi dan misi, tujuan, manajemen dan sistim kaderisasi yang kuat agar tidak muncul dikemudian hari kader partai yang tidak mememiliki afiliasi, kontribusi dan militansi untuk membangun partai agar tetap eksis hingga jauh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H